RADAR JOGJA – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DIJ berencana memperpanjang masa belajar di rumah bagi para siswa seluruh sekolah di Jogjakarta. Perencanaan terbaru adalah perpanjangan selama dua minggu ke depan. Para siswa direncanakan belajar di rumah hingga pertengahan April.

Berdasarkan evaluasi, sistem pembelajaran ini efektif. Walaupun tetap ada catatan untuk pelaksanaan hariannya. Baik untuk ketersediaan perangkat, internet maupun metode pembelajaran yang ideal.

“Kalau sebelumnya untuk kegiatan belajar mengajar (KBM) jarak jauh dari 23 Maret sampai 31 Maret 2020. Sekarang ditambah dua minggu. Proses surat edarannya sedang kami buat, tapi prinsipnya diperpanjang,” jelas Sekretaris Provinsi (Sekprov) DIJ Kadarmanta Baskara Aji ditemui di Kompleks Kantor Kepatihan, Senin (30/3).

Pertimbangan utama penambahan KBM jarak jauh adalah masih rawannya kondisi saat ini. Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), lanjutnya, masih cukup tinggi. Sehingga membuat sistem pembelajaran di sekolah menjadi kurang nyaman, aman dan sehat bagi para siswa dan tenaga pendidik.

Terkait evaluasi merupakan wewenang masing-masing sekolah. Aji tak mempermasalahkan metode KBM jarak jauh yang digunakan. Intinya adalah proses transfer ilmu antara guru dan siswa berjalan efektif dan jelas.

“Anak-anak, semangat belajar di rumah juga masih cukup baik. Sehingga yang kemarin dikhawatirkan oleh Pak Gubernur (Sri Sultan HB X) bahwa anak-anak itu akan banyak bermain, ternyata tidak terjadi,” ujarnya.

Konsep awal KBM jarak jauh dengan memanfaatkan website jbclass.jogjabelajar.org atau JB Class. Sayangnya seiring waktu berjalan aplikasi ini kurang efektif. Khususnya untuk menampung akses ribuan siswa dalam server secara bersamaan. 

Itulah mengapa jajarannya mengizinkan semua sekolah berimprovisasi. Untuk menggunakan aplikasi atau jejaring internet yang lebih familiar. Tujuannya agar proses KBM jarak jauh berjalan lancar dan tidak terganggu.

Aji menyadari bahwa efektivitas metode pembelajaran berbeda untuk setiap sekolah. Terlebih untuk menampilkan mata pelajaran yang berbeda. Sehingga diperlukan aplikasi yang ideal bagi KBM jarak jauh ini.

“Seperti pelajaran matematika tentu berbeda polanya dengan pelajaran Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia beda dengan Bahasa Inggris. Ngajari bahasa tanpa audio kan nggak mungkin. Gitu misalnya. Tapi, matematika secara teks sudah cukup,” katanya. (dwi/tif)