BANTUL – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bantul serius menggarap depo-depo sampah. Itu untuk meminimalisasi tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan.

Sebab, banyaknya tumpukan sekaligus buruknya pengelolan sampah di TPST menjadi salah satu penyebab Kabupaten Bantul gagal menyabet Piala Adipura.

“Penilaian menjadi rendah,” keluh Kepala DLH Bantul Masharun Ghazali di Kompleks Parasamya akhir pekan lalu.

Dengan adanya depo yang tersebar di seluruh desa, bekas kepala Dikmenof ini meyakini residu yang terbuang di TPST turun drastis. Dengan begitu, tak ada lagi tumpukan sampah menggunung. Mengingat, pengelola Depo yang mayoritas didominasi BUMDes ini bakal memilah sekaligus mengolah sampah menjadi buah tangan bernilai.

“Setiap hari sampah yang dibuang di TPST sekitar 200 ton,” sebutnya.

Tidak hanya depo, Masharun menganggap jumlah armada yang dipersiapkan untuk mengangkut sampah harus ditambah. Setidaknya butuh 48 armada baru. Ini agar residu dari berbagai depo ini tidak menumpuk. “Ada tambahan 20 unit truk pada 2018. Kemudian, 2019 sekitar 40 truk,” ungkapnya.

Sementara itu, Bupati Bantul Suharsono mengakui penanganan sampah menjadi salah satu perhatian serius. Ini seiring dengan target Piala Adipura pada 2019. Juga target Kabupaten Bantul bebas sampah pada 2019. (zam/ila/mg1)