JOGJA – Dapur umum memiliki peran penting pada masa perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan. Secara fungsi, dapur umum tidak hanya sebagai penyedia logistik bagi para pejuang, namun juga memiliki fungsi lain.

Peneliti Balai Pelestarian Nilai Budaya Provinsi DIJ Sri Retna Astuti menuturkan, pada masa itu dapur umum memiliki fungsi strategis sebagai tempat komunikasi para pejuang mengenai kedudukan Belanda dan mengagendakan serangan.

Dapur umum juga dijadikan sebagai tempat kebutuhan operasi militer untuk menyimpan dan memelihara senjata. Disamping, menjadi tempat istirahat yang aman bagi para juang.
“Tempatnya berpindah-pindah agar tidak diketahui Belanda,” kata Sri saat Seminar Sejarah Peran Dapur Umum pada Masa Revolusi yang digelar Seksi Sejarah Dinas Kebudayaan Kota Jogja di Sekar Kedathon, Kamis (22/2).

Dia menuturkan, dapur umum pada periode 1945-1949 di Jogja merupakan bagian dari kegiatan badan oeroesan (urusan) makanan (BOM). Saat itu dipimpin oleh Ibu Ruswo dibantu Ibu Djojodiguno.
Dia menjelaskan, selain mengurus perbekalan makanan bagi tentara, BOM juga mengurus korban perang dan mencari obat-obatan. “BOM hilang setelah Belanda menguasai Jogja 19 Desember 1948,” jelasnya.

Di Jogja, memang tidak banyak ditemukan tempat yang digunakan sebagai dapur umum karena sifatnya berpindah-pindah. Hanya, ketika itu markas dapur umum bertempat di rumah Ibu Ruswo, di Jalan Yudhanegaran.

“Ada juga rumah pejuang milik kerabat Keraton yang kini menjadi SMA Santa Maria sebelah utara Purawisata,” ungkapnya.

Antara dapur umum yang ada di Jogja tidak saling berhubungan. Makan untuk pasukan yang ada di luar Jogja dikirim oleh kurir. Dapur umum di luar Jogja biasanya menempati rumah kepala desa seperti yang ada di Segoroyoso, Boro, dan Rejodani.

Kasie Sejarah Dinas Kebudayaan Kota Jogja Tri Sotya Atmi mengatakan, seminar ini dapat mengungkap kembali besarnya rasa nasionalisme masyarakat dalam perjuangan kemerdekaan. Saat ini sebagai genarasi penerus sudah selayaknya meneruskan perjuangan. “Gotong royong tanpa memandang etnis suku dan agama bisa menjadi contoh,” jelasnya. (bhn/ila/mg1)