BANTUL – Keraton Ngayogyokarto kembali menggelar labuhan. Berbeda dengan tahun-tahun biasa, labuhan yang digelar di Pantai Parangkusumo Senin (16/4) merupakan Labuhan Ageng. Yakni, labuhan yang dihelat setiap delapan tahun sekali. Tujuannya untuk memperingati hari ulang tahun kenaikan tahta Sultan Hamengku Buwono X alias tingalan dalem.

Carik Tepas Ndoro Puro Keraton Ngayogyokarto KRT Wijaya Pamungkas mengungkapkan, letak perbedaan lain Labuhan Ageng dengan Labuhan Alit adalah lokasi. Ada empat lokasi yang dipilih. Yaitu, Pantai Parangkusumo, Gunung Merapi, Gunung Lawu dan Dlepih, Kayangan, Wonogiri.

“Labuhan alit hanya tiga lokasi,” jelas KRT Wijaya Pamungkas di sela labuhan.

Letak perbedaan lain adalah berbagai uba rampe yang dilarung. Menurutnya, songsong gilap atau payung ikut dilarung. Simbol perlindungan agar ayem dan tentrem tersebut dilarung bersama dengan berbagai barang milik HB X. Seperti celana, destar (udeng), kuku dan rambut. Total ada empat ancak yang dilarung.

“Di dalamnya juga ada semekan dan sekar layon,” ucapnya.

Menurutnya, prosesi labuhan salah satunya bertujuan menghilangkan hal-hal negatif. Agar ke depan menjadi lebih baik.

Kendati begitu, sebelum dilarung berbagai uba rampe ini didoakan terlebih dulu. Tepatnya ketika berada di Pendapa Cepuri Parangkusumo. Kemudian, uba rampe yang dikemas dalam empat ancak ini dibawa menuju ke pinggir pantai untuk dilarung.

Seperti delapan tahun lalu, Labuhan Ageng kali ini juga menyedot minat perhatian warga dan wisatawan. Tak sedikit warga yang memanfaatkan momen ini untuk memperebutkan berbagai uba rampe. Biasanya, sebagian uba rampe kembali ke pinggir pantai karena terbawa ombak.

“Saya simpan biar berkah,” kata Suyono, 63, seorang warga yang mendapatkan kembang dan kain mori.(zam/yog/ong)