SLEMAN – Puluhan warga mendatangi Polda DIJ, Kamis (10/5). Mengenakan kaus putih, rombongan yang didominasi generasi muda ini menyampaikan ucapan duka. Itu terkait tragedi penyerangan Mako Brimob Kepala Dua Depok, Jawa Barat yang mengakibatkan lima personel polisi meninggal dunia. Mereka juga memberikan support kepada Polri dengan mengadakan doa bersama.
Koordinator Nasional Densus 26 Nahdlatul Ulama (NU) Umaruddin Masdar mengatakan, mengutuk aksi penyanderaan oleh sejumlah narapida teroris hingga menghilangkan sejumlah nyawa. Secara tegas tindakan pelaku tidak merepresentasikan agama apapun.
“Aksi tersebut tidak mewakili umat agama manapun. Seluruh agama mengajarkan cinta kasih bukan kekerasan seperti yang terjadi di Mako Brimob. Kedatangan kami untuk memberikan support kepada Polri dan mendoakan anggotanya yang gugur,” jelasnya.
Dalam kesempatan ini mereka juga mendorong penyidikan sampai tuntas. Setidaknya mencari dalang utama terjadinya insiden. Dirinya juga mengecam beberapa pendapat di social media yang menyudutkan kepolisian.
“Kami selalu berada di sisi Polri untuk terus maju dan menumpas terorisme hingga ke akarnya. Berharap Polri kedepannya lebih kokoh khususnya Densus 88 yang bertugas membasmi terorisme. Satu visi satu hati bahwa terorisme adalah musuh agama,” tegasnya.
Sementara itu, aksi doa bersama yang diadakan di Polda DIJ dipimpin langsung oleh Rois Syuriah PCNU Bantul KH Abdul Kholiq Syifa. Peserta aksi dan polisi larut dalam doa yang dilantunkan. Terlihat pula beberapa tulisan yang memberikan dukungan kepada Polri.
Dalam aksi ini terlihat pula tokoh muda NU Abdul Khalid Boyan. Dia turut menyampaikan lima poin pernyataan di halaman loni Polda DIJ. Intinya adalah dukungan penuh kepada institusi Polri dan keluarga polisi yang ditinggalkan.
Salah satu poin pernyataan adalah ajakan untuk menolak upaya provokasi. Berdasarkan pengamatannya banyak argument-argumen menyesatkan paska tragedy Mako Brimob. Bahkan tidak sedikit yang memanfaatkan momen ini untuk menyudutkan beberap pihak. (dwi/ila/mg1)