SLEMAN – Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTNGM) mengeluarkan surat edaran terkait turunnya satwa. Langkah ini diambil untuk mengantisipasi sejumlah satwa yang turun akibat aktivitas Gunung Merapi. Surat edaran juga sebagai pemberitahuan kepada warga tentang kemungkinan turunnya satwa.
Berdasarkan data pantauan TNGM belum ada pergerakan signifikan dari satwa. Salah satu indikatornya adalah kera ekor panjang yang menghuni kawasan lereng Merapi sisi selatan. Turunnya kera masih dalam batas wajar di sekitar kawasan Tlogo Putri Kaliurang.
“Belum ada keluhan dari warga terkait turunnya satwa ke permukiman. Masih dalam batas wajar, paling aktivitas seperti biasa. Seperti kera turun pada jam-jam tertentu untuk mencari makan. Itu pun tidak sampai pemukiman,” jelas Koordinator Search and Rescue (SAR) Linmas Kaliurang Kiswanta.
Kepala BTNGM Ammy Nurwati menjelaskan, ada kemungkinan pergerakan. Namun dia tidak bisa memastikan kapan satwa lereng Merapi turun. Dia berhara[ turunnya surat edaran bisa disikapi dengan bijak.
Ammy menuturkan, satwa khas Merapi tidak hanya kera ekor panjang. Ada pula kancil hingga rusa yang berada di lereng Gunung Merapi. Persinggungan bisa terjadi, terutama hingga permukiman, sawah, kebun dan pekarangan warga.
TNGM, lanjutnya, adalah kawasan habitat alami untuk sejumlah satwa. Tidak heran masih ada satwa yang terindikasi hidup di lereng Merapi. Terkait hewan karnivora seperti macan tidak terdeteksi di lereng Merapi sisi selatan.
“Kawasan TNGM merupakan tempat hidup atau habitat alami sejumlah satwa. Jadi memang masyarakat sekitar harus bisa bersikap bijakasana. Jika melihat satwa atau kelompok satwa jangan disikapi secara berlebihan,”pesannya.
Pedagang kawasan Tlogo Putri Badrul Husein, 63, mengungkapkan, belum ada pergerakan masif. Turunnya kera ekor panjang memang terjadi namun untuk mencari makan. Kejadian ini lumrah terjadi terutama memasuki sore hari.
“Biasanya jam 4 sore beberapa kelompok kera turun dari kawasan atas. Kami juga sering memberi makan. Tidak sampai merusak, turunnya kera juga masih wajar dan normal,” katanya. (dwi/ila)