BANTUL – Upaya Pemkab Bantul menghidupkan kembali asphalt mixing plant (AMP) tampaknya menemui jalan terjal. Bagaimana tidak, tidak sedikit nada penolakan terhadap kembali beroperasinya pabrik pengolahan aspal yang terletak di Dusun Bungsing, Guwasari, Pajangan tersebut. Seperti spanduk penolakan yang terpasang di beberapa titik strategis di wilayah Guwasari.

Tidak diketahui siapa pemasang spanduk dengan background warna putih tersebut. Tak ada satu pun warga yang mengetahui proses pemasangannya. Yang pasti, isi tulisan seluruh spanduk yang terpasang sejak Rabu (23/5) dini hari bernada kecaman. Seperti spanduk di seberang jalan AMP. Isinya, mendukung masyarakat Pajangan, menolak keras Bupati Bantul bersama investor luar daerah PT Bumi Panen Makmur membuat AMP di Pajangan yang menyengsarakan rakyat kecil.

“Tapi tadi pagi langsung dicopot Satpol PP,” jelas Misbah, seorang warga Guwasari.

Nada keberatan terhadap rencana pengoperasian AMP juga disampaikan Pengasuh Pondok Pesantren (ponpes) Al Imdad 2 Kiai Habib Syakur. Menurutnya, aktivitas AMP dapat mengganggu kegiatan belajar mengajar di ponpes. Lantaran jarak antara ponpes dan AMP hanya sekitar 70 meter, sehingga kerap terdengar suara bising.

“Seperti dua tahun lalu,” keluhnya menyebut aktivitas AMP selama dua tahun terakhir berhenti.

Kendati menuai penolakan, Kepala Dinas Pertanahan dan Tata Ruang Bantul Isa Budi Hartomo mengungkapkan, pengoperasian AMP bertujuan positif. Yakni, mendongkrak pendapatan asli daerah. Terlebih, berbagai sarana seperti lokasi dan peralatan telah tersedia.

“Kalau beroperasi, kan, bagus. Daripada mangkrak,” dalihnya.

Guna meyakinkan warga, investor berencana mengajak mereka melihat pabrik serupa di wilayah Klaten, Jawa Tengah. Toh, aktivitas AMP bila dikelola dengan profesional tidak akan mengganggu, apalagi menimbulkan dampak lingkungan seperti debu.

“Untuk waktunya belum tahu kapan,” ujarnya. (cr2/zam/mg1)