JOGJA-Daerah Istimewa Jogjakarta (DIJ) akan ditetapkan sebagai kota kebudayaan (city of culture) ASEAN (The Association for South East Asian Nations). Keputusan ini akan ditetapkan dalam pertemuan menteri-menteri kebudayaan negara-negara Asia Tenggara, di Jogjakarta Oktober mendatang. DIJ akan menyandang sebagai kota kebudayaan selama dua tahun.

Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid menjelaskan, setiap dua tahun sekali ASEAN menetapkan satu kota menjadicity of culture.Penetapan tersebut dilakukan secara bergantian. “Tahun ini di bawah kepemimpinan Indonesia. Jadi kita lebih leluasa menunjuk. DIJ menjadi pilihan yang logis untuk menjadi ibukota budaya di ASEAN selama dua tahun nanti,” kata Hilmar usai bertemu dengan Gubernur DIJ Sultan Hamengku Buwono X.

Penunjukan DIJ bukan tanpa alasan. Menurut dia, DIJ merupakan kota dengan tingkat kepadatan intelektual dan kebudayaan tertinggi di Indonesia. Belum lagi, festival-festival kebudayaan yang kerap digelar di DIJ cukup tinggi dan beragam. Termasuk, peninggalan sejarah dan filosofi yang masih melekat di masyarakat.

Usulan tersebutsudah disampaikan kepada gubernur DIJ. Itu termasuk rencana pertemuan menteri-menteri negara-negara ASEAN yang akan digelar di DIJ. “Ngarso Dalem mendukung penuh usulan tersebut,” ungkapnya.

Pembahasan lain yang dilakukan dalam pertemuan tersebut berkait dukungan bagi dunia literasi. Kemendikbud memiliki gagasan membentuk sekolah para penulis. Untuk memfasilitasi sekolah para penulis akan diwujudkan dalam bentuk akademi komunitas. “Jadi ke depan mungkin akan ada akademi penulisan di DIJ. Kalau semua lancar, tahun depan sudah bisa beroperasi,” paparnya.

Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekprov DIJ Budi Wibowo menyambut baik usulan tersebut. Dengan ditetapkan sebagai kota budaya ASEAN akan membawa keuntungan tersendiri, terutama dalam menyerap wisatawan kawasan Asia Tenggara untuk berkunjung ke DIJ. “Nama Jogjakarta, akan menjadibrandingdan ini akan baik bagi pariwisata,” jelasnya.

Selain itu, DIJ sampai sejauh ini masih berjuang untuk mendapatkan pengakuan sebagai kota warisan budaya, dengan sumbu filisofi yang dimiliki. Bila itu terwujud, DIJ akan setera dengan kota-kota di Eropa lainnya seperti Edinburgh maupun Praha. “Dengan mendapatkan pengakuan, maka pengamanan warisan budaya bukan lagi menjadi tanggung jawab Pemprov DIJ saja, tetapi sejuga masyarakat interasional di bawah naungan organisasi kebudayaan dunia,” jelasnya. (bhn/din/mg1)