SLEMAN – Munculnya nama Kustini, istri Sri Purnomo (SP) sebagai salah seorang figur yang dinominasikan menjadi calon bupati (cabup) Sleman masa depan bukan hanya menyita perhatian internal Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai NasDem Sleman.

Kehadiran sosok Kustini juga mengundang atensi Ketua DPC PDI Perjuangan Sleman Koeswanto. Secara terbuka dia mengaku senang jika kelak SP mengajukan istrinya. “Kalau Pak SP serius mengajukan istrinya, kami apresiasi,” ungkap Koeswanto Selasa (29/5).

Dia mengaku mengikuti perbincangan seputar suksesi bupati Sleman. Termasuk munculnya dinamika politik antara elite PAN dan Partai NasDem yang saling sindir. Terutama menyangkut posisi Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun.

Koeswanto menegaskan, jika harus memilih antara Kustini dan Sri Muslimatun, akan condong ke arah nama pertama. Alasannya, dia mengaku sudah tak lagi respek dengan sosok Muslimatun.

“Ibarat pintu, untuk Kustini masih terbuka. Kalau Muslimatun, mohon maaf saya sudah apatis. Pintu sudah tertutup,” ungkap ketua DPRD Sleman periode 2009-2014 tersebut.

Ada sejarah panjang yang membuat Koeswanto dan PDI Perjuangan Sleman merasa kecewa dengan Muslimatun. Saat Pilkada 2015, Muslimatun diketahui meninggalkan PDI Perjuangan.

Dia hijrah ke Partai NasDem dan dipinang SP sebagai wabup. Padahal saat itu status istri Kepala Desa Sendangadi Damanhuri itu masih anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Sleman.

Koeswanto menuding Muslimatun sengaja tinggal glanggang colong playu demi meraih jabatan wabup. Bagi Koeswanto, orang yang pernah menciderai partai tidak layak didukung. Status Muslimatun telah diberhentikan dari keanggotaan partai maupun anggota Dewan.

Ketua Komisi D DPRD DIJ tersebut mengaku tak keberatan jika PAN menginginkan komunikasi politik dengan partainya. Termasuk menjajaki peluang politik pada pilkada mendatang.

Apalagi PDI Perjuangan dengan PAN di Sleman pernah membangun koalisi selama 10 tahun. Koalisi dimulai 2005-2010. SP yang diusung PAN menjadi wakil bupati Sleman berpasangan dengan Ibnu Subiyanto dari PDI Perjuangan.

Koalisi berlanjut pada 2010-2015. PAN-PDI Perjuangan mengusung duet SP dengan Yuni Satia Rahayu. Koalisi itu bubar setelah SP bercerai dengan Yuni.

Pilkada 2015, Yuni maju sebagai calon bupati berpasangan dengan Danang Wicaksana Sulistya dari Partai Gerindra. Duet Yuni-Danang melawan pasangan SP-Muslimatun.

Terpisah, Ketua DPD PAN Sleman Sadar Narima mengatakan akan berkomunikasi dengan pimpinan partai manapun. Termasuk dengan PDI Perjuangan. Dia mengucapkan terima kasih dengan perhatian yang diberikan Koeswanto. Sadar mengaku siap menindaklanjuti dengan jalinan komunikasi yang lebih intensif.

Terkait figur Kustini, Sadar menegaskan politik bukan dunia baru bagi ibu tiga anak tersebut. Perempuan asli Jepara itu menjabat salah satu wakil ketua Majelis Pertimbangan Partai (MPP) DPD PAN Sleman. Di bidang sosial, Kustini aktif sebagai ketua Tim Penggerak PKK Sleman dan seabrek organisasi lainnya.

“Kalau mendapatkan amanat, Insyaallah Bu Kustini tidak akan mengecewakan. Jam terbang di bidang sosial dan politik cukup lumayan,” katanya. (*/kus/iwa/mg1)