(FOTO: SETIAKY A. KUSUMA/RADAR JOGJA)

LATIFA NURINA, Jogja

LEBIH dari 65 ribu pengunjung tercatat. Puncaknya pada Jumat (1/6) lalu. Empat ribu pengunjung memadati venue pameran seni itu. Padahal biasanya hanya sekitar 1.500 pengunjung. “Masyarakat Jogja sekarang semakin antusias dengan kegiatan seni,” ujar humas Artjog Nurul Amalia.

ARTISTIK: Seorang pengunjung ArtJog sedang mengamati salah satu karya instalasi seni di sela closing ceremony Senin tadi malam (4/6). (FOTO: SETIAKY A. KUSUMA/RADAR JOGJA)

Bukan hanya berkunjung dan melihat pameran. Tak sedikit penikmat seni mengabadikan karya-karya Artjog di media sosial, baik foto maupun video. Di balik sukses acara ternyata menyimpan beberapa persoalan. Satu hal yang menjadi catatan penyelenggara adalah sikap para pengunjung. Banyak di antara mereka belum bisa menghargai karya seni.
Baru beberapa hari dibuka, lebih dari satu instalasi karya rusak akibat ulah pengunjung. Misalnya, karya Hadiwirman. Terhitung sudah lebih dari 22 kali tersandung kaki pengunjung. Peristiwa tersebut cukup ramai di media sosial hingga muncul tagar #kesandungHadiwirman.

“Berfoto dengan karya itu merupakan apresiasi. Tapi sayangnya pengunjung masih banyak yang belum mengerti bagaimana harus bersikap di depan karya,” sesal Nurul.
Pernyataan Nurul bukan tanpa alasan. Usai pameran semua karya akan ditawarkan ke para kolektor seni dengan cara lelang. Karena itu semuanya harus dalam kondisi bagus dan utuh.
Kevin Maulana, salah seorang pemandu atau gallery sitter tak henti-hentinya mengingatkan para pengunjung agar berhati-hati saat berdiri dekat dengan karya. Peran utamanya adalah menjaga karya dan mengedukasi pengunjung tentang karya tersebut. “Tapi yang terjadi malah kami menjaga pengunjung. Kami memang dituntut lebih care dan cerewet,” ungkapnya.
Ada banyak respons yang dia terima dari pengunjung. Mulai ucapan terima kasih, permintaan maaf, bahkan ada yang sampai marah-marah dan meremehkan.
“Kami harus sabar dan tetap sopan, ramah, tapi tegas. Yang penting jangan sampai membuat pengunjung tidak nyaman,” tuturnya.
Gallery sitter lain, Gita Iloni, mengaku cukup lelah mengingatkan pengunjung. Sebab, ada yang manut, namun tak sedikit yang malah sewot. Terutama pengunjung rombongan. “Ada kalanya mereka mentang-mentang karena sudah bayar tiket,” sesalnya.

Siti Umayah salah seorang pengunjung yang beberapa kali diingatkan gallery sitter untuk menjaga jarak dengan karya karena posisinya terlalu dekat. Wisatawan asal Magelang itu tidak keberatan. “Kalau yang di depan tadi agak galak, kalau yang di dalam sini sih ramah,” ungkapnya.
Siti menganggap wajar segala tindakan panitia. Demi menjaga keselamatan karya. Hanya, Siti berharap, ke depannya para pengunjung lebih baik diberi pengertian di depan sebelum masuk. “Supaya semua jelas. Seperti tadi saya menaruh tas di lantai, ternyata nggak boleh,” bebernya.
Perwakilan Dinas Kebudayaan DIJ Padmoni Anggoro Prasetyo mahfum dengan kondisi para pengunjung. Apalagi dalam situasi ruangan yang penuh sesak. Kendati demikian, perwakilan pemerintah pendamping Artjog itu menyadari pentingnya sikap apresiatif para pengunjung atas karya seni. “Pengunjung kan datang dari berbagai kalangan, kalau dia paham karya seni ya akan menjaga. Kalau hanya untuk selfie-selfie itu yang biasanya kurang peduli,” jelas Anggoro.

Menurut Anggoro, apa yang terjadi di Artjog tak lepas dari kebiasaan masyarakat yang cenderung gumunan (heran).
Nah, agar perhelatan Artjog ke depan lebih kondusif, Anggoro menilai perlu dilakukan sosialisasi secara masif. Baik lewat media massa atau sekolah-sekolah.
“Masyarakat harus paham bagaimana sebuah karya seni itu melewati proses pembuatan yang susah dan panjang dengan kurasi yang ketat,” tuturnya.
Di sisi lain Anggoro cukup apresiatif dengan penyelenggara Artjog atas tindakan preventif yang dilakukan. Mulai penitipan tas ransel agar tidak menyenggol karya jika dibawa masuk, hingga peringatan tertulis untuk menjaga jarak dan tidak menyentuh karya. Bahkan larangan menggunakan flash saat memotret. “Flash bisa mempengaruhi kualitas karya, misalnya warnanya,” jelas Anggoro.(yog/mg1)