JOGJA – Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) selalu mengundang euforia masyarakat. Tak terkecuali pada gelaran kali ke-30 yang dibuka di kawasan Malioboro, Senin (23/7). Sejak acara belum dimulai, masyarakat telah memenuhi sepanjang Jalan Malioboro. Mereka berjubel dengan wisatawan untuk menyaksikan pawai pembukaan FKY ke-30.
Pawai pembukaan FKY kali ini bertema topeng. Direktur Seni dan Kreatif FKY Roby Setiawan menjelaskan, topeng merupakan simbol kondisi manusia yang bersembunyi dari identitasnya pada situasi tertentu. Terkait pawai, bertujuan mengenalkan kerajinan topeng karya seniman lokal.
Adapun tema besar FKY tahun ini adalah Mesemeleh. “Mesemeleh berarti senyum ikhlas. Itu bahasa Jawa,” ungkapnya. Maksud yang terkandung dalam tema itu adalah menikmati kemajuan zaman dengan tersenyum dan ikhlas, namun harus tetap bergerak memberikan karya nyata.
Tak kurang 29 kontingen memeriahkan pawai ini. Terdiri atas para seniman dan budayawan. Tak sedikit pula delegasi dari luar DIJ turut bergabung. Seperti Kalimantan Timur, Papua, Kalimantan Tengah, dan Nusa Tenggara Timur.
Sekprov DIJ Gatot Saptadi mengatakan, FKY kali ini menyempurnakan gelaran serupa sebelum-sebelumnya. Sekaligus menjadi sarana pemacu semangat para seniman dan budayawan DIJ untuk berkarya. “Seni tradisional dan kontemporer punya peluang yang sama untuk berkembang,” ungkap Gatot usai membuka FKY ke-30 dengan memukul kentongan.
Gatot mengimbau seluruh masyarakat DIJ untuk mengubah persepsi terhadap pagelaran budaya. Menurutnya, pementasan seni tak selalu harus di panggung atau pandapa. Tapi bisa juga digelar di ruang terbuka, seperti kawasan Malioboro, Tamansari, bahkan di lapangan kampung.
Menurut Gatot, semakin banyak yang mengapresiasi kesenian, makin berkembang pula kondisi sosial dan perekonomian masyarakat. “Masyarakat boleh mengambil nilai-nilai budaya global, tapi sekaligus melestarikan budaya lokal,” tuturnya.
Sebagaimana tahun lalu, FKY 2018 dipusatkan di Planet Pyramid, Jalan Parangtritis, Bantul hingga 9 Agustus mendatang. (tif/yog/mg1)