KUMUH: Sampah di sepanjang jalan Selokan Mataram tampak berserakan. Kabupaten Sleman perlu membangun TPSA baru. (SETIAKY A. KUSUMA/RADAR JOGJA)

Maksimalkan TPST Tambakboyo
Rencana Pembangunan TPA Prambanan Alot
SLEMAN – Arah pembangunan tempat pembuangan sampah terpadu (TPST) di wilayah Sleman semakin jelas. Kepala Seksi Pengelolaan Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sleman Suryantana memastikan bahwa pemkab bakal mengembangkan TPST Tambakboyo. Itu setelah rencana pembangunan tempat pembuangan akhir (TPA) Prambanan yang digulirkan pemkab menuai penolakan warga.
”Sehingga memanfaatkan Tambakboyo,” jelas Suryantana di kantornya, Kamis (9/8).

Pengembangan TPST Tambakboyo cukup realistis. Sekalipun lahan TPST Tambakboyo hanya sekitar 6000 meter persegi. Itu merujuk draf masterplan pengelolaan sampah TPST Tambakboyo. Ya, penyusunan draf masterplan yang ditargetkan selesai Agustus ini menekankan dua hal. Yakni, bahwa TPST Tambakboyo didesain sebagai pengurangan sekaligus penanganan sampah.
”Nanti TPST Tambakboyo juga akan dilengkapi dengan berbagai teknologi,” ucapnya.

Tidak hanya itu, lanjut Suryantana, TPST juga bakal dilengkapi dengan berbagai peralatan pendukung. Seperti compactor. Itu bertujuan agar pemadatan sampah benar-benar maksimal.

”Pemilahan sampah juga akan dimaksimalkan,” ujarnya.
Dengan metode ini, Suryantana optimistis sampah yang bakal dibuang ke TPST Piyungan berkurang. Mengingat, TPST Piyungan yang beroperasi sejak medio 90-an itu overload. Di sisi lain, daya tampung TPST Tambakboyo juga mampu bertahan lebih lama.

Plt Kepala DLH Sleman Arif Haryono mengungkapkan hal senada. Dia melihat sampah plastik masih menjadi musuh utama. Menurut data Adipura KLHK 2018, komposisi sampah plastik di Indonesia saat ini sekitar 16 persen dari total timbunan sampah nasional. Limbah plastik ini didominasi kantong belanja dan kemasan makanan serta minuman. Nah, dari total timbunan sampah yang didaur ulang baru sekitar 10 hingga 15 persen. Sedangkan yang ditimbun di TPST 60 persen hingga 70 persen.

”Sekitar 30 persen belum terkelola atau terbuang ke sungai, danau, dan pantai,” lanjutnya.
Bagaimana sampah di Sleman? Arif mencatat volume sampah mencapai 15.239,85 meter kubik per bulan. Dengan kata lain, setiap hari 508 meter kubik. Fakta inilah yang mendorong DLH mengatasi sampah di Sleman dengan cara sistematis. Yakni, mengurangi, mengolah, dan mengelola sampah berkelanjutan.

”Kami canangkan melalui kegiatan daur ulang atau 3 R (reduce, reuse, dan recycle),” katanya.

Kabupaten Bantul Juga Canangkan Lokasi Baru
Seperti Sleman, Kabupaten Bantul juga berencana membangun TPST. Lokasinya berada di timur TPST Piyungan. Hanya, hingga sekarang rencana ini masih sebatas wacana.

”Kalau tak ada problem di timurnya (TPST Piyungan),” jelas Sekretaris DLH Bantul Indriyanto.
Berbeda dengan TPST lama, lokasi baru ini hanya diperuntukkan bagi Kabupaten Bantul. Kendati begitu, Indri, sapaannya menekankan, Kabupaten Bantul tetap memberikan ruang bagi Kota Jogja untuk ikut bergabung.
”Karena Kota Jogja, kan, nggak punya lahan,” ujarnya.

Indri menyebut lokasi yang bakal dijadikan TPST cukup luas. Mencapai 50 hektare. Sebagian berupa tanah kas desa. Sisanya milik perseorangan.
Terpisah, Lurah Desa Sitimulyo Juweni sepakat dengan rencana pembangunan TPST baru. Sebab, TPST Piyungan telah overload. Apalagi, pengelolaan TPST sejak dipegang pemprov sangat buruk. Kendati begitu, Juweni mengaku hingga sekarang belum pernah diajak koordinasi. (har/zam/mg1)