BANTUL – Bagi warga yang tinggal di pinggiran wilayah Kabupaten Bantul harus bersabar untuk mendapatkan pasokan tabung gas ukuran tiga kilogram. Kendati dalam sepekan terakhir mengalami kelangkaan, Dinas Perdagangan (Disdag) Bantul belum berencana mengeluarkan kebijakan strategis. Seperti mengajukan tambahan kuota kepada Pertamina. Dinas menunggu hasil pemantauan di lapangan.

Kepala Disdag Bantul Subiyanta Hadi mengatakan, butuh waktu untuk menentukan solusi penuntasan kelangkaan tabung gas melon. Setidaknya hingga dalam satu pekan ke depan. Sembari menunggu hasil pantauan tim khusus yang diterjunkan dinas di seluruh wilayah pinggiran.

”Seperti Kasihan, Sewon, Piyungan, dan Srandakan,” jelas Biyanta, sapaannya saat ditemui usai rapat paripurna istimewa di DPRD Bantul, Kamis (16/8).
Kendati tim khusus belum memberikan laporan, Biyanta memastikan tidak ada permainan dalam distribusi gas melon. Sebab, pasokan Pertamina dalam beberapa hari terakhir normal. Karena itu, dia menengarai kelangkaan akibat tingginya permintaan.
”Apalagi saat ini menjelang hari raya kurban,” ucapnya.

Disinggung soal harga eceran tertinggi (HET), Biyanta mengakui pangkalan seharusnya menjualnya Rp 15.500 per tabung. Hanya, dia mengingatkan, agen, pangkalan, Hiswana Migas, dan Pertamina pernah membuat kesepakatan. Dalam kesepakatan yang diteken di depan disdag itu pangkalan mendapatkan toleransi. Pangkalan dapat menjual dengan harga Rp 17 ribu per tabung. Alias lebih mahal Rp 1.500 dari HET. Selisih harga ini untuk menutup biaya operasional. Seperti membeli kuitansi dan membayar biaya administrasi bank.

Terpisah, Ketua Komisi B DPRD Bantul Widodo menilai, ada yang janggal dengan kelangkaan tabung gas melon di wilayah pinggiran. Alasannya, kebutuhan saat ini masih normal. Dari itu, politikus Partai Golkar ini meminta disdag belajar dari berbagai pengalaman sebelumnya. Caranya dengan memperketat pengawasan. Toh, kelangkaan yang berujung mahalnya gas melon bukan hal baru.
”Dulu, gas melon langka karena banyak yang dijual ke luar (Bantul, Red),” katanya.
Guna menuntaskan persoalan ini, kata Widodo, Komisi B berencana berkoordinasi dengan disdag pekan depan.

Sementara itu, Direktur Direktorat Kriminal Khusus (Dirreskrimsus) Polda DIJ Kombes Pol Gatot Agus Budi Utomo memastikan belum ada indikasi penimbunan gas melon. Perwira polisi yang juga menjabat ketua tim Satgas Pangan Polda DIJ ini menengarai kelangkaan akibat distribusi yang tidak lancar.

”Terkadang ada momen-momen tertentu yang pasokannya belum lancar, tapi hanya di beberapa lokasi,” ujarnya.
Kendati begitu, dia tetap mengimbau warga segera melapor bila mendapatkan temuan. Satgas pangan bakal menyelidikinya. ”Kalau terbukti ada pelanggaran kami siap menindak,” tegasnya. (ega/dwi/zam/mg1)