145 Perupa Ikut Pameran
Bersama Nandur Srawung #5

JOGJA – Pameran bersama seni rupa Nandur Srawung #5 dengan tema Bebrayan: D.I.W.O digelar di Taman Budaya Yogyakarta (TBY) 25 Agustus-31 Agustus 2018. Ada lima kurator yang andil dalam menggagas pameran ini, yaitu Rain Rosidi, A. Sujud Dartanto, Irene Agrivina Arsita Pinandita, dan Farid Stevy Asta. Pameran diikuti 145 perupa, baik individu maupun kelompok.

Ketua Panitia Pelaksana Bayu Adi Wijaya memaparkan, tema besar dalam acara Nandur Srawung #5 adalah Bebrayan yang berarti hubungan sosial atau hubungan rumah tangga, diambil untuk menggambarkan pertemuan-pertemuan dalam praktik seni rupa yang memberi makna pada praktik dan hubungan sosial lainnya. Bebrayan adalah praktik hubungan sosial yang terus menerus dan bertumbuh melahirkan komunitas yang saling memahami, saling memaklumi, dengan terus menerus beradaptasi dalam merespons konflik-konflik sebagaimana sebuah keluarga.

PAMERAN SENI – Salah seorang pengunjung mengamati karya di pameran Nandur Srawung #5 di Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Sabtu (25/8). Pameran diikuti 145 perupa dari lintas generasi dan lintas disiplin. (ELANG KHARISMA DEWANGGA/RADAR JOGJA)

“Komunitas seniman tidak ada keberadaannya secara administratif, namun jejaring yang dibentuk melaluinya akan melahirkan percakapan-percakapan khas, hubungan yang otentik, dan aksi-aksi kreatif yang terus-menerus berdialog dengan kelompok masyarakat yang lain,” terang Bayu kepada wartawan, Sabtu (25/8).

Salah seorang kurator pameran A. Sujud Dartanto menjelaskan, pameran bertujuan untuk mempertemukan perupa-perupa lintas generasi, lintas disiplin dan lintas komunitas. Timbulnya stimulan-stimulan kerja sama di kemudian hari dengan semangat D.I.W.O (Do It with Others) menjadi titik penting dan acuan terselenggaranya kegitan ini.

“Melihat potensi seniman yang begitu banyak, dan fokusnya pada spirit bahwa Jogja itu istimewa, karena memang guyubnya membuat hidup dan tumbuh subur para seniman dan kolektif. Kami mengistilahkan kolektif ini untuk menyebut keberadaan komunitas-komunitas seni,” ujar Sujud.

Kurator lainnya, Arsita Pinandita yang biasa disapa Dito menerangkan, Nandur Srawung setiap tahunnya memiliki potensi yang baik dari segi jumlah aplikasi. Acara ini terbuka untuk setiap jenis karya maupun usia yang akan melakukan pameran.

“Jadi karyanya sangat beragam, aplikasi yang kami terima sekitar 600. Tapi kami hanya menyeleksi kurang lebih 150 karya. Ini menjadi pertimbangan kami karena Nandur Srawung masih dimaknai sebagai peristiwa seni yang penting untuk kalangan seni rupa, terutama di Jogja,” kata Dito.

Pembukaan Nandur Srawung #5 akan dibuka Kepala Dinas Kebudayaan DIJ Budi Wibowo dilanjutkan penerimaan Life Achiefment Award kepada Dian Anggraini yang telah mendedikasikan diri terhadap seni rupa. Dilanjutkan berbagai rangkaian program dan kegiatan seperti Srawung Sarujuk, Srawung Temu, Srawung Moro, Pasar Nandur dan Pasar Srawung, Panggung Srawung, Lokakarya Srawung, Nandur Aksi: Temu dan Moro, Srawung Wacana: Sarujuk, dan Srawung Selo. (cr7/laz/mg1)