MEDAN – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman agaknya serius dalam menjaga inflasi. Oleh karenanya, untuk mewujudkan kestabilan inflasi di Sleman, Pemkab Sleman bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sleman melakukan orientasi ke Medan, Sumatera Utara dari 18 hingga 20 September 2018 lalu.
Orientasi itu untuk menimba ilmu seputar pengelolaan inflasi di Kota Medan. Kesuksesan Pemkot Medan dalam menjaga inflasi di daerahnya menjadi alasan kenapa Medan menjadi rujukan utama.
Beberapa penghargaan TPID telah diraih oleh Medan. Di antaranya TPID Kota Terbaik pada tahun 2013 dan 2015, disusul penghargaan TPID Inovatif tahun 2017.
Menurut Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemkot Medan Qamarul Fattah, kunci keberhasilan inflasi di wilayahnya adalah komitmen semua pihak mulai dari Satgas Pangan, Bulog hingga masyarakat.
“Bermula dari komitmen yang kuat itu kemudian lahir sejumlah inovasi yang mengantarkan Medan meraih sejumlah penghargaan bergengsi TPID,” kata Qamarul.
Fattah menjelaskan, iInovasi pertama yang dilakukan adalah pada 2012. Saat itu pihaknya membangun pusat informasi berupa videotron di enam pasar tradisional yang menjadi objek penilaian Badan Pusat Statistik (BPS). Selain itu, informasi disampaikan lewat SMS dan website.
Menyadari sulitnya mengontrol arus barang, Pemkot Medan lantas berinisiatif membangun pasar induk di Tuntungan untuk menampung panen sayur dan buah. Tanah Karo memang terkenal dengan produsen buah dan sayur berkuitas. Di samping itu, diadakan pula fasilitas Kedai Kita yang diproyeksikan menjadi acuan harga pasar.
Inovasi lain adalah pembuatan demplot bawang merah organik yang dirintis bersama Bank Indonesia (BI) sejak 2015. Mengingat di dalam ketentuan Rancangan Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Medan tidak disediakan lahan pertanian maka penanaman bawang dilakukan dengan memanfaatkan lahan tidur.
Program demplot ini dinilai berhasil. Bahkan telah dikembangkan ke arah pembibitan. Untuk mendukung kestabilan inflasi, warga juga ikut digerakkan melalui program tanam cabai di polybag dan ditanam di pekarangan.
Namun, agaknya pengendalian harga cabai terhadap inflasi bukan merupakan persoalan mudah. Fattah mengungkapkan, sampai saat ini gejolak harga cabai masih memberikan andil besar terhadap fluktuasi angka inflasi.
“Kami menemukan format yang tepat. Disparitas harga antara distributor dan pedagang sangat tinggi. Salah satunya disebabkan penyusutan dan penurunan kualitas cabai,” ujarnya.
Sebagai alternatif, Pemkot Medan akan membantu pengadaan alat penyimpanan cabai agar tahan hingga 6 bulan.
Menanggapi hasil paparan tersebut, Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun menilai banyak hal yang bisa dipelajari dan diimplementasikan di Sleman. Menurutnya, satu hal yang perlu digarisbawahi adalah komitmen TPID yang ditunjukkan dengan pelaksanaan rakor rutin.
Di Sleman, kata Muslimatun, sudah ada rumah lelang satu pintu untuk komoditas cabai. Muslimatun berharap fasilitas serupa juga diadakan terhadap komoditi beras sehingga harganya bisa terkendali. (har/ila)