GUNUNGKIDUL – Pasar darurat Desa Playen, Kecamatan Playen rawan tergenang air. Pedagang cemas, karena pasar tersebut minim saluran air.
Salah seorang pedagang, Sayuti mengatakan, sudah terbiasa memindahkan dagangan ke tempat lebih aman ketika hujan. “Menawi jawah banyu tekan pundi-pundi (kalau hujan air ke mana-mana),” kata Sayuti.

Sebagai pedagang sayur, dia kerepotan ketika hujan deras datang. Beruntung ada cucu menemani sehingga lebih ringan pada saat mengevakuasi barang dagangan seperti, bawang, cabai, telur dan yang lain.

“Harapan kami ada saluran air. Dengan demikian air hujan tidak menggenang di pasar ini,” kata Sayuti.

Salah seorang pembeli, warga Kecamatan Patuk, Sumilah kaget saat masuk ke pasar darurat. Fasilitas pasar jauh dari ideal karena masih beralaskan tanah. “Kalau saya belanja bisa repot,” kata Sumilah.

Dia mengaku baru tahu ada pasar darurat di Desa Playen. Setahu Sumilah, Pasar Playen ada di sebelah utara kantor Kecamatan Playen. Namun sekarang pindah dan terlihat sepi, berbeda dengan pasar lama (kini dalam proses pembangunan).

“Meskipun pasar darurat, harapan kami tentu tetap nyaman dan aman, terutama antisipasi musim penghujan,” ujar Sumilah.

Kepala Bidang Pasar, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Gunungkidul, Ari Setiawan mengatakan, pasar darurat dibuat sebagai lokasi berjualan selama pembangunan Pasar Playen berlangsung. “Pasar lama ditarget tahun depan sudah selesai,” kata Ari.

Mengenai keluhan di pasar darurat, pihaknya menerjunkan petugas untuk membangun saluran air. Apalagi muncul keluhan bau tidak sedap dari tengah pasar.

“Sumber bau, setelah kami cek ternyata berasal dari limbah pencucian tahu dan daging oleh pedagang,” ujarnya.

Pihaknya sedang membangun septic tank. Limbah air langsung dialirkan ke penampungan tersebut. “Kami juga telah sediakan mesin pompa. Jika ada genangan disedot,” katanya.

Jumlah pedangan sebanyak 403 orang. Sebagian besar pindah ke pasar darurat, sisanya bertahan di pasar lama. (gun/iwa/by/fn)