KULONPROGO – New Yogyakarta International Airport (NYIA) menjadi proyek paling prestisius di kawasan pantai selatan Kulonprogo. Namun ada yang tak kalah penting. Yakni kawasan konservasi penyu dan masalah sampah di area pantai yang berdekatan dengan lokasi NYIA.

Berkubik-kubik sampah setiap hari mendarat di pantai selatan Kulonprogo. Terutama setiap musim penghujan. Merata di sepanjang pantai selatan, laiknya supermarket sampah. Mulai Trisik di ujung timur hingga Congot di wilayah paling barat.

Hal itu tak lepas keberadaan dua sungai besar yang mengapit Kulonprogo. Yakni Progo di sisi timur, berhulu  di wilayah Magelang, Jawa Tengah dan sekitarnya. Bermuara di Pantai Trisik, Glagah. Sedangkan Sungai Bogowonto di sisi barat. Juga berhulu di wilayah Jawa Tengah. Bermuara di Pantai Glagah-Congot di selatan NYIA.

Dari sekian jenis sampah, plastik paling mendominasi. Kendati banyak juga sampah kayu, rumput, dan semak belukar. Bahkan perkakas rumah tangga dan sejenisnya. Penyumbang sampah plastik ditengarai masyarakat perkotaan. Sedangkan sampah kayu banyak terbawa arus dari daerah pegunungan yang terambah aksi penebangan liar.

Peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) pun harus ikut turun tangan. Setelah mendapat laporan dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jogjakarta. Soal kematian penyu lekang di Pantai Congot beberapa waktu lalu. Kematian penyu lekang diduga karena mengonsumsi sampah plastik.

Kepala Museum Biologi UGM Donan Satria Yudha mengatakan, hasil identifikasi pada bangkai penyu tak menunjukkan adanya kandungan plastik. Tapi kulit ikan buntal. Kendati demikian, dia mengeluhkan kondisi pantai yang penuh dengan sampah. Khususnya anorganik seperti plastik, gabus, dan lainnya.

“Sampah plastik memang mirip ubur-ubur sebagai menu kesukaan penyu. Penyu bisa jadi tertipu dan memakannya,” ucapnya.

Menurut Donan, sampah organik tidak begitu bermasalah. Tapi sampah plastik sangat bermasalah. Bagi penyu. Karena mengganggu ruang gerak penyu. Termasuk sampah kayu yang menghalangi pendaratan penyu.  Jika terhalang sampah, penyu akan mencari tempat lain yang lebih nyaman untuk bertelor. “Pantainya kotor sekali, penuh sampah. Kalau kondisi seperti ini terus dibiarkan bisa jadi tidak akan ada lagi penyu yang mendarat di pantai selatan Kulonprogo,” ingatnya.

Pantai Trisik, yang kotor oleh sampah itu, merupakan lokasi favorit pendaratan penyu. Untuk bertelur. Jaka Samudra, ketua Konservasi Penyu Abadi Trisik, menyesalkan kondisi itu. Sampah menghalangi penyu saat akan mendarat. Saat musim bertelur.  “Sampah di laut juga sangat membahayakan satwa, tidak hanya penyu,” ucapnya.  Jaka mengaku pernah menemukan satwa laut mati akibat terjerat sampah.

Kondisi ini sangat mengkhawatirkannya. Jaka tak pernah bosan menjaga garis pantai. Tempat pendaratan penyu. Agar terbebas dari sampah. Namun upaya itu bisa dikatakan sia-sia. Karena sampah terus datang dari hulu. “Saya rasa perlu koordinasi yang masif. Tak hanya dengan warga Kulonprogo. Tapi lintas provinsi. Agar pencemaran sampah segera teratasi,” pintanya.

Permintaan Jaka bukan tanpa alasan. Area konservasi penyu yang dirintisnya sejak 2002 telah diakui pemerintah. Pada 2004. Sesuai fungsinya untuk menyelamatkan poluasi penyu sebagai satwa yang dilindungi.

Selama ini petugas konservasi mengamankan telur penyu dari predator: musang, burung, kucing, dan manusia. Tapi kali ini musuh utama mereka adalah sampah. “Jangankan bertelur,  (penyu, Red) mau mendarat saja batal kalau kondisi pantainya penuh sampah,” keluhnya.

Saat kondisi pantai bersih, sekali mendarat, penyu bertelur ratusan hingga ribuan butir. Setiap sarang minimal ada seribu butir telur. Telur-telur itu kemudian ditangkarkan hingga menetas menjadi tukik. Kemudian dilepasliarkan kembali ke laut.

“Senangnya kalau bisa melihat telur menetas menjadi tukik. Setelah usainya 3 bulan hingga 4 bulan, baru bisa dilepas ke laut. Penyu biasanya bertelur sekitar 3 tahun sekali,” jelas Dwi Surya Putra, salah seorang pengelola Konservasi Penyu Abadi Pantai Trisik.

Penyu suka bertelur di dekat rerumputan. Tergantung kondisi pantainya. Pantai dengan hamparan pasir yang landai menjadi lokasi favorit penyu untuk bertelur. Penyu biasanya akan mendarat agak jauh. Kalau pantainya curam kadang penyu balik lagi. Mencari pantai yang lebih landai.

Pantai Trisik memiliki garis pantai yang jauh dan landai. Mulai muara Sungai Progo hingga ke Pantai Bugel. Jaraknya kurang lebih tujuh kilometer. Pantai Bugel ke barat di luar jangkauan konservasi. “Mungkin ada juga yang mendarat di sana. Kalau ada yang menemukan telur penyu akan kami ganti,” katanya.

Surya menambahkan, cinta lingkungan tak harus muluk-muluk. Tak juga sekadar pencitraan. Tapi dilakukan mulai hal sederhana. “Cukup membuang sampah pada tempatnya,” ujarnya. (tom/yog)