Dua bulan terakhir ini sejumlah orang di Gunungkidul dirawat di rumah sakit. Akibat digigit ular. Ternyata tak banyak yang tahu penanganan pertama pada korban gigitan ular. Terlambat mendapat penanganan medis nyawa pasien bisa melayang.

TUKIJAN dipatuk ular beracun sekitar sepekan lalu. Ketika malam. Saat warga Desa Buyutan, Gedangsari, itu hendak ke kamar mandi. Ular tanah mematuk kaki kanannya. Keluarga yang panik segera membawanya ke RSUD Wonosari.

“Ularnya tidak bisa ditangkap karena gelap. Apalagi saat itu sedang mati lampu,” ungkap Gutin, saudara Tukijan, kepada Radar Jogja Minggu (27/1).

Kondisi Tukijan cukup kritis. Dia membutuhkan donor darah golongan O. Cukup sulit bagi keluarga Tukijan mendapatkan darah O. Apalagi harus segera tersedia malam itu juga. Untuk menyelamatkan nyawa Tukijan. Berbagai cara dilakukan.

Pesan via media sosial pun dilakukan. Demi mendapatkan pendonor. “Meski tak mudah, kami terus berupaya hingga dapat pendonor darah O,” ungkap Gutin. Hingga sekarang Tukijan masih menjalani perawatan medis.

Kepala Sub Bagian Umum RSUD Wonosari Rudi Ismanto membenarkan ihwal pasien dipatuk ular beracun. Ada lebih dari seorang. Korban sudah mendapatkan penanganan medis. Oleh dokter bedah rumah sakit. Korban lantas menjalani rawat inap. Di Ruang Bakung dan Cempaka. “Seorang pasien sudah dibawa pulang. Terluka gigitan ular pada bagian tangan,” ujarnya.

Kamis (10/1) lalu warga Dusun Trengguno Kidul, Sidorejo, Ponjong, Gunungkidul juga digigit ular. Berjenis piton. Korban adalah ibu dan anaknya. Sarjiyem dan Tri Duwianto. Keduanya selamat. Setelah mendapat perawatan medis di Rumah Sakit Panti Rahayu, Kelor, Karangmojo.

Piton melilit dan menggigit leher Tri. Ketika dia berada di kandang ayam belakang rumahnya. Mendapati anaknya dililit piton, Sarjiyem segera menarik kepala ular itu dari leher Tri.

Lepas dari leher Tri, piton sepanjang empat meter itu lantas melilit kaki Sarjiyem. Dan menggigit dua jari tangannya. “Saya teriak-teriak minta tolong karena anak saya banyak mengeluarkan darah,” kata Sarjiyem.

Tetangga kanan-kiri yang mendengar teriakan Sarjiyem segera memberi pertolongan. Sebagian lainnya menangkap ular itu. Di wilayah Ponjong ada empat kejadian ular masuk permukiman warga.

Sujaryadi juga mengalami luka serius akibat gigitan ular tanah pada 31 Desember 2018 lalu. Kedua kaki warga Dusun Wareng RT 01 / RW 01, Kepek, Saptosari, itu melepuh. Hingga kemarin pria 55 tahun itu masih menjalani rawat jalan. Sebelumnya dia menjalani rawat inap di tiga rumah sakit. Total selama sebelas hari. Sehari di RUmah Sakit Nurrohmah, Gading, Playen. Lantas dirujuk ke RSUD Wonosari dan rawat inap lima hari. Kemudian dirujuk ke RSUP Dr Sardjito Jogja yang memiliki peralatan medis lebih lengkap. Juga selama lima hari. Meski diperbolehkan pulang, hingga sekarang Sujaryadi belum bisa berdiri akibat luka di kakinya.

Kasus serupa dialami Masinah pada Sabtu (12/1). Petani asal Padukuhan Bulurejo, Monggol, Saptosari dipatuk ular tanah saat sedang mencari rumput. Tangan kanannya melepuh dan menghitam. Dengan bekas luka gigitan ular cukup kentara. Hingga kemarin Masinah juga belum bisa beraktivitas normal akibat luka yang dialaminya.

Maraknya kasus gigitan ular di Gunungkidul mendorong Dr dr Tri Maharani MSi SpEM berniat hadir menemui warga Bumi Handayani. Satu-satunya dokter ahli bisa ular di Indonesia itu siap memberikan edukasi. Kepada para dokter maupun perawat rumah sakit. Untuk berbagi ilmu dan pengalaman. Tentang tata cara penanganan luka akibat gigitan ular. Secara benar. Berdasarkan rekomendasi WHO 2016. Gratis.

Ular tanah (Caloselesma Rhodostoma) termasuk dalam anak suku Crotalinae. Lebih dikenal dengan sebutan ular bandotan bedor, oray lemah, atau edor. Dalam bahasa Inggris disebut Malayan pit viper. Ular ini menyebar di wilayah Asia Tenggara. Terutama Pulau Jawa. Menurut Tri Maharani, ular tanah sangat berbisa. Racunnya bisa merusak sel-sel dan menyebabkan penggumpalan darah (hematotoxin). Sehingga menimbulkan bulae atau warna kehitaman karena ekimosisnya (memar). Bisa ular tidak melalui pembuluh darah. Tapi lewat kelenjar getah bening.

“Penanganan pertama setelah digigit ular, tenang dan beristirahat. Lalu mengurangi pergerakan dan segera bawa ke layanan kesehatan,” tutur kepala IGD RSU Daha Husada, Kediri, Jawa Timur, itu saat dihubungi Radar Jogja lewat sambungan telepon.

Tri Maharani mengingatkan, pasca dipatuk ular ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan. Pertama, jangan diisap racunnya. Jangan dikeluarkan darahnya. Jangan dipijat bagian yang terluka. Dan jangan diikat. Serta jangan menggunakan obat herbal.

Menurut Tri Maharani, masih banyak orang Indonesia tidak mengerti penanganan awal ketika dipatuk ular. Padahal serangan hewan melata golongan reptil bersisik ini sangat sangat mematikan. Lantas bagaimana penanganan terhadap luka gigitan ular yang benar? Alumnus Katholieke Universiteit Leuven, Belgia, itu menjelaskan, tindakan pertama pada orang yang digigit ular adalah dengan mengikat bagian atas anggota tubuh yang terkena gigitan. Menggunakan media seperti kayu atau bambu. Langkah ini untuk meminimalisasi gerakan pasien.

Dalam penanganan medis bekas gigitan ditandai dengan plaster. Untuk mengetahui ada tidaknya kemungkinan pembengkakan. Setiap dua jam sekali dipantau perubahannya dengan alat ukur penggaris. “Perkembangannya dapat dilihat dari tanda, pemeriksaan fisik, dan dan gejala abnormalitas,” kata pakar toksinologi kelahiran 31 Agustus 1971.

Seorang pecinta reptil Sigit Wicaksono mengatakan, ular berbisa kebanyakan hidup di darat. Ular berbisa tidak bersembunyi. Beda dengan jenis ular yang melindungi diri dan menyerang musuhnya dengan melilit. “Pada musim pancaroba seperti sekarang biasanya ular (berbisa, Red) keluar dan menampakkan diri,” kata Sigit.

Dikatakan, ular beracun memiliki ciri-ciri tertentu yang bisa dilihat secara kasat mata. Di antaranya, kepala berbentuk segi tiga. Mulutnya tumpul. Matanya sipit. Ada garis warna mencolok pada guratan tubuhnya. “Jika kita melihat ular tidak agresif tapi hidup, itu juga ciri-ciri ular berbahaya,” ungkapnya.

Benarkah bambu adalah senjata paling ditakuti oleh ular? Sigit hanya tersenyum mendengar pertanyaan itu. Dia lantas menjelaskan secara teori. Bambu ukuran kecil cenderung lentur. Sehingga ketika digunakan untuk memukul lebih mudah mengenai sasaran. Beda dengan kayu yang bersifat kaku.(gun/yog/tif)