JOGJA – Prestasi cabang olahraga (cabor) taekwondo Daerah Istimewa Jogjakarta (DIJ) terancam surut. Regenerasi atlet sempat terhenti. Sehingga menimbulkan jarak umur yang terlalu lebar. Atlet yang unggul sudah di umur 24. Sedangkan di bawahnya baru 18.“Ada jarak sekitar enam tahun. Kalau 1-2 masih bisa lah,” kata pelatih taekwondo DIJ Asep Santoso kepada Radar Jogja di Gedung Juang 45, Senin (28/7).
Karena terpaut umur yang terlalu jauh membuatnya harus menurunkan atlet yang masih muda untuk berlaga di pertandingan senior. Ini yang menyebabkan mereka kalah bersaing. Sehingga saat Kejurnas Senior 2018 lalu, mereka tidak membawa medali satu pun. Namun, Asep saat ini telah selesai mengumpulkan beberapa atlet pemula yang potensial. “Semoga tidak ada lagi pautan umur yang terlalu jauh di pertandingan mendatang,” jelasnya.
Selain mengenai umur yang terpaut terlalu jauh, tempat latihan juga menjadi kendala. Dia menilai Gedung Juang ‘45 terlalu sempit. “Kami masih berkoordinasi dengan pengurus. Semoga bisa dapat tempat yang lebih layak,” jelasnya.
Ia menuturkan latihan telah memasuki persiapan khusus. Persiapan khusus mencakup pemantapan teknik. Setelah sebelumnya melakukan persiapan umum dengan berfokus pada ketahanan fisik. “Sejak Desember kami sudah mulai persiapan khusus,” jelasnya.
Saat ini ara atletnya sedang menyiapkan kategori baru, yakni freestyle. Kategori ini semacam poomsae, tetap penekanan pada seni gerakan. amun dengan aturan yang lebih bebas. “Penilaian tertinggi pada akrobatik,’’ jelasnya. (cr10/din)