KULONPROGO – Para pelaku usaha di Pantai Glagah hingga Pantai Congot resah. Sebab ada wacana Pemkab Kulonprogo menggusur mereka yang berada di selatan New Yogyakarta International Airport (NYIA).
Mereka akan bertahan dan menolak rencana tersebut. Para pengusaha kuliner, tambak udang, warung, dan permainan anak tersebut berjumlah 300 orang.
Yang jelas, lokasi mereka berada di kawasan keselamatan operasional penerbangan (KKOP) NYIA. Rencananya akan dibuat green belt penahan tsunami.
Alasan para pengusaha menolak digusur karena mereka telah mendukung NYIA. Merelakan lahan dijadikan bandara. “Kami menolak rencana pengusuran. Tambak udang adalah usaha kami setelah tergusur bandara,” ucap Ketua Paguyuban Tambak Udang, Agung Supriyanto di Joglo Glagah Selasa (12/3).
Masih ada sekitar 150 orang menggantungkan nasib sebagai petambak udang. Sebagian besar merupakan petambak udang baru. “Sebagian besar kami adalah petani. Lahan diambil untuk bandara. Kami beralih profesi di sini. Kalau usaha kami dihabisi, kami makan apa? Bagaimana nasib keluarga kami?” Tanya Agung.
Ketua Pondok Laguna, Subardi Wiyono mengatakan mereka sudah merintis usaha sejak 1984. Dan tidak ada campur tangan dari pemerintah.
Warga resah dengan wacana penataan kawasan wisata dan sudah dibuat desainnya. Padahal warga tidak pernah dilibatkan rencana tersebut.”Kalau mau ada penataan mbok dikomunikasikan dengan kami. Kami sendiri yang mengembangkan Objek Wisata Pantai Glagah yang meyumbang PAD paling besar,” kata Subardi.
Mereka menuntut dibangun infrastruktur jalan, lampu penerangan jalan umum (LPJU), normalisasi laguna, serta saluran pembuangan air. “Bukan malah memunculkan konflik,’’ kritik Subardi. Dia mengaku tiga kali dibuat resah. Pemutusan listrik, perobohan bangunan dan wacana penggusuran. ‘’Jangan ancam kami dengan konflik, mari duduk bersama,” kata Subardi.
Ketua Paguyuban Pengelola Hotel dan Penginapan, Bento Sarino mengungkapkan, ada 18 penginapan dan hotel. Sebagian besar adalah pelaku usaha baru. Pemilik hotel lama tergusur bandara. “Kami ingin bertahan mengais rezeki di tanah yang tersisa. Kami ini sudah ngalah, ngalih, dan jangan buat kami ngelih,” ungkapnya.
Penasihat warga, Yuli Jamhari menambahkan, warga yang terancam tergusur
yakni para pendukung bandara. Mereka aktif dalam pelepasan hak atas tanah untuk dijadikan NYIA. “Bahkan usaha yang sudah dijalani puluhan tahun ikut rela dirobohkan untuk bandara. Pemerintah jangan hanya menggusur tanpa solusi,” katanya. (tom/iwa/er/mg4)