BANTUL- Tanah longsor di kompleks makam raja-raja Mataram di Imogiri, Bantul mengagetkan banyak pihak. Perasaan itu juga dialami Penghageng Kawedanan Panitrapura Keraton Jogja GKR Condrokirono. Putri kedua Sultan Hamengku Buwono (HB) X itu mengaku syok.

Tanah longsor itu mengakibatkan kerusakan di beberapa lokasi. Kerusakan terparah terlihat di kompleks makam raja-raja Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Khususnya akses jalan yang menghubungkan calon makam HB X dengan kompleks Saptorenggo yang berada di sisi baratnya. Saptorenggo merupakan kompleks makam HB IX, HB VIII, dan HB VII. Kompleks ini dibangun di masa HB VII. “Saya baru mendengar kabar pagi tadi (kemarin). Ini membuat saya syok,” ungkap Condrokirono saat meninjau lokasi Senin (18/3).

Tak banyak komentar disampaikan putri sultan ini. Dia berjanji segera melakukan koordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral ( PUP dan ESDM) DIJ guna penanganan lebih lanjut.
Sekitar satu jam setelah kunjungan Condrokirono, Pengageng Sasana Wilapa Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat GKR Wandansari Koesmoertiyah juga mengunjungi lokasi. Secara kebetulan saat itu kerabat Keraton Surakarta sedang menggelar ritual wilujengan (doa memohon keselamatan) di kompleks makam Sultan Agung dan kompleks makam Susuhunan Paku Buwono (PB) X, PB XI, dan PB XII.

Usai acara, Gusti Moeng, sapaan akrabnya, didampingi beberapa kerabat, melihat dari dekat lokasi longsor. “Kami sebagai bagian dari Dinasti Mataram ikut prihatin,” ucap Gusti Moeng yang datang bersama kakaknya, GKR Galuh Kencono. Kedua putri PB XII itu berharap longsor tersebut segera dapat ditangani.

Lebar longsor di barat calon makam HB X itu diperkirakan mencapai 50 meter dengan kedalam lebih dari 100 meter. Ditengarai longsor disebabkan fondasi calon makam raja yang belum diberi nama itu tak kuat menahan gerusan air. Longsor terjadi pada malam hari. Namun, warga setempat, termasuk abdi dalem baru mengetahui pagi harinya.

“Jebolnya fondasi bangunan calon makam HB X karena masih ada retakan gempa 2006 silam. Air kemudian masuk sehingga membuat ikatan di bawahnya menjadi lemah,” tutur Joko Nugroho.

Joko merupakan abdi dalem yang sehari-hari bertugas di kompleks makam Saptorenggo. Dibandingkan bangunan lain, dampak terparah diakui Joko hanya terjadi pada calon makam HB X. Sebab, bangunan tersebut tergolong baru. Pembangunannya baru dilakukan 2013 silam.

Juru Pelihara Makam Imogiri dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jogjakarta Jumali juga mengkhawatirkan kondisi halaman kompleks Saptorenggo. Di lokasi ini terjadi retakan sedalam 10 meter. “Ini juga berpotensi menimbulkan longsor susulan,” ujarnya. Kejadian longsor di calon makam HB X ini seingat Jumali bukan kali pertama. “Dulu longsornya di dalam kompleks makam. Tapi tidak separah yang terjadi di halaman makam seperti sekarang ini,” ceritanya.

Di bagian lain, halaman kompleks makam HB VII, HB VIII dan HB IX konbloknya terlihat jebol. Ada rekahan tanah yang menganga. “Terus terang kami khawatir. Kalau turun hujan lebat bangunan ini bisa ikut longsor seperti di sebelah timur (halaman calon makam HB X, Red),” tuturnya. Jumali berharap potensi longsor di kompleks Saptorenggo juga mendapatkan perhatian. “Jangan sampai meluas ke kompleks lain,” harapnya.

Di sisi barat Saptorenggo ada kompleks Besiyaran. Di sini merupakan makam HB IV, HB V dan HB VI. Sedangkan di ujung barat dinamakan kompleks Kasuwargan. Itu menjadi tempat pemakaman HB I dan HB III. Sedangkan HB II dimakamkan di Kotagede.

Kepala Bidang Cipta Karya Dinas PUP ESDM DIJ Muhammad Mansur menduga tanah di halaman calon makam HB X tersebut merupakan tanah gembur. “Jadi mudah longsor,” ucapnya. Guna memastikan penyebabnya, Mansur berencana membentuk tim identifikasi. Sebagai solusi awal, Mansur akan menutup beberapa bagian di sekitar bangunan menggunakan terpal dan bambu. Langkah ini untuk meminimalisasi dampak longsoran jika turun hujan.
Mantan Plt kepala Dinas PUP dan ESDM DIJ ini memilih langkah hati-hati. Pertimbangannya bangunan di makam Imogiri termasuk bangunan cagar budaya.

“Rekayasa konstruksinya akan kami identifikasi lebih lanjut,” tambahnya.
Selain di kompleks makam raja-raja Mataram yang berada di atas bukit, longsor juga terjadi di permukiman warga. Lokasinya tepat di bawah kompleks makam raja-raja Mataram. Akibat tanah longsor dua rumah warga tertimbun material tanah dan batuan. Satu orang meninggal. Dua orang masih belum ditemukan. (cr5/kus/yog/tif)