SLEMAN – Pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) hari pertama sempat tertunda sekitar 10 menit. Masalahnya karena para peserta tidak bisa login. Kendati sempat tertunda, pelaksanaan hari pertama yaitu ujian Bahasa Indonesia bisa berlangsung lancar.
Kepala SMK Muhammadiyah 1 Tempel Zahroh Khumsiati mengatakan, permasalahan ini tidak hanya terjadi di sekolahnya. “Saya tadi juga mengomunikasikan di grup forum kepala sekolah DIJ, ternyata juga mengalami kendala yang sama,” kata Zahroh Senin(25/3).
Adanya keterlambatan itu, kata dia, tidak berpengaruh terhadap waktu pengerjaan. Namun pengaruhnya ada pada psikologi anak. “Anak kan jadi menunggu, terhambatnya di situ. Tapi sejauh ini lancar,” ucapnya.
Kendala lain dalam pelaksanaan UNBK adalah pada server. Namun pihaknya telah mengantisipasi dengan menambah dua server tambahan, sehingga total ada empat server. “Genset pun juga telah kami siapkan,” ujarnya.
SMK Muhammadiyah 1 Tempel sudah sejak tiga tahun menyelenggarakan UNBK. Untuk tahun ini ada 83 siswa dari tiga jurusan dan terbagi dalam dua sesi.
Kepala Balai Pendidikan Menengah (Dikmen) DIJ Priya Santosa menjelaskan, kesulitan login itu bisa jadi karena ada permasalahan di server pusat. Di mana pada waktu bersamaan banyak yang mengakses. “Sehingga bisa dikatakan server agak down,” bebernya.
Dengan adanya penundaan 10 menit itu, solusinya adalah dengan menambah waktu pengerjaan soal. Hal itu dilakukan jika siswa belum selesai dalam mengerjakan soal. “Artinya penambahan waktu itu sesuai dengan waktu yang ditunda,” bebernya.
UNBK tingkat SMK di Sleman tahun 2019 diikuti 7.274 siswa. Dari jumlah peserta ujian itu seluruh siswa dapat mengikuti pelaksanaan UNBK pada hari pertama. “Serta dipastikan seluruh SMK di Kabupaten Sleman menyelenggarakan UNBK secara mandiri,” bebernya.
Sementara itu, Bupati Sleman Sri Purnomo (SP) turut memantau UNBK menyampaikan bahwa secara keseluruhan penyelenggaraan UNBK hari pertama berjalan lancar. Hanya saja dengan keterbatasan fasilitas pelaksanaan ujian dilakukan dalam beberapa sesi.
Pelaksanaan di SMKN 1 Tempel akan dilaksanakan tiga sesi, sedangkan di SMK Muhammadiyah 1 Tempel dua sesi. “Ini menyesuaikan jumlah peserta ujian dan komputer yang ada di masing-masing Sekolah,” tutur SP.
Mendikbud: Kejujuran Jadi Prioritas
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sempat mendapat laporan terkait keterlambatan waktu saat login. Mendikbud Muhadjir Effendy pun mengatakan, keterlambatan itu tidak mempengaruhi pelaksanaan UNBK.
“Pasti terjadi (keterlambatan login), karena dalam waktu bersamaan seluruh Indonesia mau masuk kan,” kata Muhadjir saat ditemui media di Pusat Pengembangan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) Matematika, Senin(25/3).
Keterlambatan yang terjadi selama 10-15 menit itu merupakan proses sistem jaringan untuk membuka pintu cadangan server. Hal itu pun diakui telah diantisipasi Kemendikbud jauh-jauh hari.
Lebih lanjut Muhadjir mengungkapkan, kendala itu biasa terjadi di hari pertama pelaksanaan UNBK. Namun, pada hari kedua dan seterusnya dipastikan kegiatan ujian berjalan lancar. Pihak Kemendikbud memberikan waktu tambahan ujian untuk mengganti hilangnya waktu 10-15 menit tersebut.
“Toleransi (waktu) sama dengan yang hilang,” ungkapnya yang didampingi Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) DIJ Kadarmanta Baskara Aji.
Muhadjir mengaku, pelaksanaan UNBK kali ini sudah direformasi besar-besaran. Hal itu pun sesuai janji presiden yang mengatakan akan meninjau kembali pelaksanaan ujian nasional. Muhadjir sempat mengajukan moratorium pada 2017. Namun pemerintah pusat hanya menyarankan pembenahan terkait pelaksanaan ujian.
Berbagai langkah pembenahan dan perbaikan pun telah diupayakan oleh Kemendikbud. Yang pertama terkait penerapan sistem komputer secara masif. Saat ini, diakui Muhadjir, sudah hampir 92 persen sistem komputer digunakan untuk pelaksanaan ujian nasional. Waktu pelaksanaan ujian pun tidak bersamaan, melainkan dibagi menjadi tiga hingga empat gelombang.
Kemudian terkait soal dibuat berbeda satu dengan lainnya. Hal itu pun untuk mencapai target 99 persen menghindari praktik kecurangan. Mendikbud ingin agar kejujuran diutamakan. Sehingga ujian nasional memiliki tingkat kepercayaan yang sangat tinggi.
Kepercayaan yang tinggi itu diyakini mampu membuat para siswa semakin percaya diri, gembira, dan nyaman. Kejujuran itu pula yang diharapkan bisa menjadi sarana memperoleh pengakuan publik dan pihak yang akan memafaatkan hasil ujian para siswa. “Itu dulu yang kita fokuskan. Kita benahi dari aspek kualitas hasil dulu,” tutur Muhadjir. (har/cr9/laz/mg2)