KULONPROGO – Desa Margosari, Pengasih, Kulonprogo telah bersiap menjadi desa budaya. Kesiapan itu di ditunjukan dengan diselenggarakannya pentas seni dan gelar budaya yang berlangsung baru-baru ini. “Pentas seni itu kami pusatkan di Padukuhan Kembang,” ujar Kepala Desa Margosari Danang Subiantoro, Selasa (26/3).
Pentas seni dalam rangka menyongsong Margosari sebagai desa budaya itu diadakan pada Sabtu (16/3) lalu. Kegiatan itu mendapatkan dukungan dari Dinas Pariwisata DIY. Dalam acara itu ditampilkan aneka kesenian rakyat.
Antara lain hadroh dari RT 19 dan RT 20 Padukuhan Kembang, Margosari. Kemudian wayang Gardu dengan dalang Ki Wakino dari Padukuhan Kembang. Terakhir berupa pentas wayang semalam suntuk dengan dalang Ki Bledek Suwarno yang juga dari Pedukuhan Kembang.
“Padukuhan Kembang mempunyai banyak potensi budaya. Atraksi budaya itu mendukung promosi pariwisata di desa kami,” jelasnya. Danang menambahkan, pentas seni itu bukan sekadar menghibur warga. Lebih dari itu, dia ingin menjadi media melestarikan adat budaya dan tradisi di desanya. “Kami ingin nguri-nguri agar tetap lestari,” jelasnya.
Sekilas tentang Desa Margosari merupakan salah satu desa di Kecamatan Pengasih, Kulonprogo. Sebagian besar kawasan Desa Margosari merupakan kawasan pertanian. Terdiri pertanian lahan basah dan lahan kering (tadah hujan). Lalu kawasan perdagangan dan jasa, perkantoran, serta pendidikan.
Desa ini terbagi atas delapan padukuhan, 18 RW dan 36 RT. Yakni Padukuhan Kemiri, Karangtengah Kidul, Karangtengah Lor dan Padukuhan Kembang. Kemudian Padukuhan Gunung Gondang, Kalipetir Kidul dan Padukuhan Kalipetir Lor.
Kondisi perekonomian penduduk Desa Margosari sebagian besar ditopang sektor pertanian, industri kecil dan sektor jasa. Kerukunan antar umat terjaga dengan baik. Jumlah penduduk terbanyak ada pada Padukuhan Karangtengah Lor dan Kembang. Kesenian yang ada seperti jatilan, hadroh dan lainnya. “Semua masih terjaga keberadaannya,” jelas Danang. (kus/mg1)