MAGELANG – Kementerian Pertanian RI berkomitmen kuat untuk berperan dalam upaya menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK). Sebagaimana hasil Conference of Parties (COP) ke-21 di Paris, Prancis Desember 2015, Indonesia berkomitmen menurunkan emisi GRK 29 persen atas usaha sendiri dan 41 persen dengan bantuan internasional. Upaya itu berlangsung hingga 2030. Sementara Indonesia rentan terhadap perubahan iklim sampai 60 persen.
“Karena itulah arah kebijakan sektor pertanian terhadap perubahan iklim di Indonesia dengan kenaikan produktivitas pertanian dan menurunkan emisi GRK,” jelas Sekretaris Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (PPSDMP) Kementerian Pertanian Dr Ir Prihasto Setyanto MSc di sela mengisi kuliah umum di kampus Jurusan Peternakan, Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta-Magelang (Polbangtan YoMa), Kamis (18/4).
Peningkatan produktivitas pertanian di antaranya dengan pemanfaatan tumpang sari sawit-padi gogo di tanah mineral, tumpang sari hutan jati-kedelai, dan tumpang sari sawit-jagung di lahan gambut. Lalu mengurangi on plate waste, teknologi mina padi, pemberian bahan organik, dan POME (palm oil mill effluent).
Kemudian dengan pemupukan tepat sasaran menggunakan bahan warna daun, diversifikasi karbohidrat, pengembangan kawasan rumah pangan lestari, serta pengembalian OPT secara terpadu dan pemanfaatan sumber daya lokal. “Tak kalah penting dengan terus membangun pertanian Indonesia untuk generasi penerus yang akan datang,” ujarnya. (*/yog/ila)