JOGJA – Maraknya penyebaran konten negatif melalui media sosial (medsos) seperti hoaks dan ujaran kebencian, menjadi pembahasan utama dalam diskusi publik yang diselenggarakan BPPM Psikomedia UGM di Gedung B, Fakultas Psikologi UGM, Minggu (5/5). Menurut Asisten Peneliti Center for Digital Society (CfDS) UGM  Iradat Wirid, masyarakat Indonesia belum bijak menggunakan medsos.

“Banyak hoaks dan ujaran kebencian yang terus diproduksi maupun dicerna mentah-mentah oleh netizen,” ucapnya. Salah satu penyebab utamanya adalah masifnya informasi yang mampu disebar oleh media sosial.

“Di koran informasi muncul setiap pagi, di TV ada headline news setiap jam, sedangkan di internet berita bisa datang setiap detik,”  tandasnya.

Hal itu membuat masyarakat kesulitan memilah berita yang terpercaya. “Koran memiliki editorial yang bersusah payah memfilter berita. Di medsos tidak ada yang memfilter. Tidak heran apabila 92,4 persen hoaks menyebar melalui medsos,” ungkapnya.

Solusi yang ditawarkan Iradat adalah dengan mencanangkan gerakan literasi digital agar individu dapat menggunakan medsos secara bijak. “Negara lain sudah melakukan edukasi mengenai penggunaan media sosial, sedangkan di Indonesia cuma sebatas melakukan blokir konten negatif,” katanya.

Iradat juga menganjurkan kepada generasi muda untuk selalu memberikan edukasi penggunaan medsos terhadap orang terdekat, seperti orang tua. “Orang tua kita biasanya tidak punya landasan pengetahuan tentang media sosial, karena berbeda dengan kita yang sejak kecil sudah akrab dengan media sosial. Jangan biarkan orang tua kehilangan partner yang kritis,” tambahnya.

Salah satu contoh penggunaan medsos yang bijak adalah dengan melakukan pengecekan ulang berita yang diterima dan tidak terbawa emosi apabila menerima berita dengan unsur SARA. “Berita dengan unsur SARA justru digunakan untuk menyerang emosi kita, sehingga terprovokasi,” jelas Iradat.

Vincent Ricardo selaku pemateri diskusi mengaku sering menerima ujaran kebencian ketika memproduksi sebuah konten di kanal Youtube-nya. Cara mengatasinya dengan tidak terporvokasi dan menganggapnya sebagai angin lalu.

“Ujaran kebencian menyerang emosi atau personal. Cara terbaik melawannya dengan mengacuhkan,” tandas Vincent. (cr16/laz/rg)