PURWOREJO – Rumah dinas bupati dan wakil bupati Purworejo memiliki beberapa kemiripan. Sama-sama memiliki pendapa dan menghadap ke Alun-Alun besar. Di antara keduanya, ternyata Pendapa Rumah Dinas Wakil Bupati lebih membumi, saban hari banyak dikunjungi masyarakat.

BUDI AGUNG, Purworejo

Sejuk. Demikian ungkapan pertama yang muncul saat menapakkan kaki di Rumah Dinas Bupati Purworejo Yuli Hastuti di Kecamatan Kutoarjo. Lantai pendapa yang tidak terlalu tinggi dibadingkan jalan umum, menjadikan orang lebih mudah memposisikan untuk duduk.

Meskipun ada pagar pengaman dari besi yang dimaksudkan untuk pengamanan, kesannya amat longgar. Orang begitu mudah untuk memasuki kawasan itu melalui gerbang di sisi barat ataupun timur. Tak ayal lantai yang cukup luas itu menjadi tempat yang nyaman untuk duduk beristirahat, apalagi tiduran.

Senin (13/5) siang, Radar Jogja berkesempatan memasuki kompleks rumah dinas itu yang dulu dipergunakan sebagai kediaman sekaligus Kantor Bupati Kutoarjo. Didirikian di era pemeritahan Bupati Raden Adipati Soerokosoemo (1845-1858), bangunan itu sangat terjaga. Hanya di bagian lantai saja yang semestinya dulu ubin berwarna hitam, kini telah berganti dengan keramik putih.

Ada beragam pakaian yang dikenakan masyarakat di tempat tersebut, mulai seragam sekolah, ibu rumah tangga maupun kantoran. Aktivitas yang ada juga demikian. Anak-anak berlatih drama untuk tugas pelajaran, ibu momong anak sampai ada orang yang membaca Alquran di balik tiang besar.

Bagi Said Setyadi, siswa XI IPA5 SMAN 2 Purworejo, tempat itu dijadikan sebagai ajang berlatih drama. Dia tidak datang sendirian, tapi berombongan dengan teman-teman satu kelompoknya.

“Saya sebenarnya jarang ke sini. Lebih sering kalau ada tugas dari sekolah. Karena di sini tengah dan mudah dijangkau dari jalan besar,”  kata Said yang tercatat sebagai warga Desa Ndilem, Kecamatan Kemiri, ini.

Adem memang menjadi kesan pertamanya tentang bangunan tua tersebut. Setidaknya orang pasti akan nyaman di tempat itu karena sejuk dan merasa tenteram. Apalagi pengelola juga menyediakan sarana wifi yang bisa dinikmati gratis.

Alasan berbeda disampaikan Ani Wijaya, 37, ibu rumah tangga yang tinggal di Kampung Senepo Kelurahan/Kecamatan Kutoarjo. Dia teramat sering berada di tempat itu, walaupun keberadaan colokan listriknya masih amat minim.

“Kalau ke sini harus siap power bank. Kalau tidak kesulitan ngecharge-nya, colokannya sedikit,” kata Ani yang datang ke tempat itu usai menjemput anaknya pulang sekolah.

Nyaris setiap hari dalam bulan Ramadan ini, Ani mendatangi pendapa itu. Menghabiskan waktu dan menghemat kuota data menjadi alasan utamanya. Soal masak untuk persiapan buka, bisa dilakukan menjelang buka. “Penjaganya di sini enak. Mereka tidak galak,”  tambah ibu seorang anak ini.

Saban hari, gerbang utama yang menjadi akses utama keluar masuk Wakil Bupati Yuli Hastuti memang selalu terbuka mulai dari pukul 06.00 hingga pukul 21.00 atau 22.00. Walau sudah tertutup pun, warga masih bisa menikmati layanan yang ada, namun di luar pagar utama.

“Dalam bulan puasa ini, warga yang datang meningkat pesat Mas. Bisa dua kali lipat dari hari biasanya,” kata Satpam Pendapa, Wahyu Eko Budiyanto.

Sesekali satpam yang bertugas diwajibkan berkeliling. Tugas mereka akan menjaga keamanan dan memberikan teguran jika ada yang kurang sopan atau membuang sampah sembarangan. Secara keseluruhan sebenarnya warga sudah peduli, mereka tidak akan membuang sampah seenaknya.

“Tapi memang ada yang lucu juga selama saya tugas di sini. Masih banyak warga yang tidak tahu kalau pendapa ini adalah rumah dinas wakil bupati,” kata Wahyu seraya menyebut papan nama berada di dalam Alun-Alun dan tidak terbaca oleh warga. (laz/er)