SLEMAN – Delapan mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada ikut memanfaatkan perkembangan teknologi. Mereka memperkenalkan profesi apoteker, ragam penyakit, hingga meracik obat melalui aplikasi game.
SEVTIA EKA N, Sleman
HANYA dalam tiga bulan setelah dirilis, aplikasi Meet Pharmy di Play Store telah diunduh lebih dari 1.000 pengguna. Pengunduhnya tidak hanya dari Indonesia. Melainkan dari berbagai negara.
”Ini adalah game inovasi pertama yang menjelaskan dunia kefarmasian berupa bidang konseling antara apoteker dan anak-anak,” jelas Lutfiana Pasebhan Jati, mahasiswi Universitas Gadjah Mada menceritakan aplikasi game Meet Pharmy.
Game yang dilengkapi dengan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris ini dirancang Luthfiana bersama tujuh mahasiswa Fakultas Farmasi UGM lainnya. Yakni, Muhammad Fikri Abdillah, Wahyunanda Crista Yuda, Ris Hiskiel Najogi Sitinjak, Shinta Diva Ekananda, Muhammad Sulhan Hadi, Luh Rai Maduretno Asvinigita, dan Laksa Ersa Anugratama.
Ide pembuatan game ini muncul seiring dengan banyaknya anak-anak yang memegang smartphone. Baik sekadar menonton video atau bermain game.
Mereka pun melihat fenomena itu sebagai peluang. Mereka ingin memperkenalkan sekaligus menceritakan tugas apoteker melalui game.
”Namanya Meet Pharmy,” ucapnya saat ditemui di UGM kemarin (15/5).
Proses pembuatan aplikasi Meet Pharmy tidak jauh berbeda dengan game lainnya. Yakni melalui proses sketsa, alur, coding, dan uji coba. Cukup sederhana. Namun, aplikasi ini bakal mengajak gamers mengetahui berbagai informasi kesehatan. Gamers juga diajak untuk merasakan pengalaman berkonsultasi dengan seorang apoteker. Apoteker bernama Pharmy ini akan memberikan resep dan menjelaskan gaya hidup sehat agar terhindar dari penyakit.
Menurut Wahyunanda Crista Yuda, permainan dalam aplikasi Meet Pharmy menyasar anak usia 2-14 tahun. Ada berbagai pilihan fitur game di dalamnya. Di antaranya kasus penyakit sederhana yang kerap dialami anak-anak. Misalnya, batuk, pilek, dan demam. Yang menarik lagi, ada fitur modul untuk orang tua. Fitur ini memuat informasi seputar penyakit yang disajikan.
“Dibuat menarik penuh dengan warna agar anak suka. Juga ada proses meracik obat dan digabungkan menjadi obat,” tuturnya.
Berkat inovasi ini, delapan mahasiswa UGM meraih medali perak dalam World Young Inventor Exhibition dalam International Invention, Innovation & Technology Exhibition (ITEX) 2019 di Malaysia awal bulan ini. Sebelumnya, mereka mendapatkan medali emas dari kategori Medicine and Public Health di Thailand Inventors’ Day 2019 di Bangkok Februari lalu.
Kendati begitu, delapan mahasiswa kreatif ini terus mengembangkan aplikasi berbasis Android ini. Yakni dengan membuat menu utama menjadi lebih menarik.
”Ada pembaharuan beberapa tampilan scene gambar, mempersingkat bahasa perintah dalam permainan, dan menyempurnakan langkah-langkah permainan,” tambahnya. (zam/by)