SLEMAN – Dalam beberapa hari ini kendaraan berpelat luar daerah sudah banyak yang masuk ke wilayah Jogjakarta. Baik roda dua maupun roda empat. Oleh karena itu terjadi kepadatan kendaraan di beberapa titik.
Kendati demikian, hingga H-3 situasi arus lalu lintas di ruas jalan utama seperti ring road masih terpantau ramai lancar. Antrean kendaraan pada jam-jam tertentu, juga tidak terlalu panjang.

“Secara umum pada jam-jam tertentu sampai saat ini memang ada peningkatan,” kata KBO Sat Lantas Polres Sleman Iptu Riki Heriyanto, Minggu (2/6).

Kepadatan kendaraan itu, lanjut Riki, tidak terlalu signifikan. Sehingga tidak menyebabkan kemacetan parah dan bisa diurai dengan menerapkan rekayasa lalu lintas.

Dari pantauan di beberapa titik yang terlihat padat meliputi simpang empat Tempel, seputar Pasar Gamping, simpang tiga Maguwoharjo, simpang tiga Bandara Adisutjipto, dan simpang tiga Prambanan. “Simpang Prambanan dan Tempel padat karena sebagai pintu masuk,” bebernya.
Perwira pertama ini juga mengatakan, untuk tahun ini kepadatan lalu lintas agak berkurang jika dibanding tahun 2018. Dia menjelaskan, dibukanya jalan tol trans Jawa sedikit banyak memengaruhi kepadatan arus lalu lintas yang masuk dari Sleman.

“Sangat berpengaruh. Kepadatan arus lalu lintas tidak begitu padat dibanding sebelum ada tol trans Jaway. Tapi memang terpantau di Sleman lebih berkurang kepadatannya,” lanjutnya.

Kepala Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) UGM Prof Dr Ir Agus Taufik Mulyono ST MT ATU IPU mengatakan, pada musim mudik 2019 ini pemerintah sudah optimal untuk memberi pelayanan kepada pemudik. Hal itu dinilainya dari segi sarana dan prasarana, serta kebijakan.
“Persiapannya sudah memenuhi keempat hal utama yang harus dipenuhi dalam transportasi, yakni ketepatan waktu, keterjangkauan biaya, keselamatan, dan keamanan,” kata Taufik.

Salah satu permasalahan dalam mudik kali ini, kata Taufik, adalah kurangnya dukungan dari pemerintah daerah. Terutama untuk jalur darat bagi kendaraan bermotor. Dia menjelaskan pemerintah pusat memang sudah berupaya membangun jalan tol demi kelancaran jalur mudik.

Namun, justru dari pemerintah daerah tidak mendukung dengan penerapan kebijakan transportasi yang tepat di jalan arteri yang dekat dengan pintu keluar tol. “Seringnya jalan arteri setelah keluar tol macet. Tidak ada upaya dari pemerintah daerah untuk membuat rekayasa arus lalu lintas atau pelebaran jalan,” keluhnya.

Taufik menyatakan masalah yang lebih besar tidak hanya ketika mudik, melainkan transportasi pada umumnya adalah banyaknya jumlah kendaraan bermotor di Indonesia. Kendaraan bermotor di Indonesia, utamanya roda dua, telah merebut ruang milik jalan sehingga menyebabkan kemacetan. (har/laz)