JOGJA – Sebagai daerah yang rawan bencana, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIJ meningkatkan kapasitas petugas, relawan hingga masyarakat. Di antaranya dengan pembentukan desa tangguh bencana (Destana) dan kelurahan tangguh bencana (Katana).
Kepala BPBD DIJ Biwara Yuswantara menyebut Destana dan Katana ada di semua kawasan desa-desa yang prioritas. Yaitu di kawasan rawan bencana dimana kawasan itu berada di 301 desa, “Itu kan kami bentuk destana sesuai dengan potensi ancamannya apa, ” tuturnya belum lama ini.
Biwara mencontohkan seperti di Bantul, yang 16 kecamatannya tergolong rawan bencana. Sudah dipetakan ancamannya berupa bencana gempa. Artinya, kata dia, dalam pembentukan Destana harus adanya kajian seperti ancamannya. Atau adanya operasi rencana konfidensi, pelatihan masyarakatnya, hingga bagaimana simulasi dan gladinya. Hal inilah yang katanya dapat mengarah kepada ancaman gempa.
“Terkait dengan destana kami targetkan pada 2021 selesai semuanya, tentunya dengan kerjasama dari Kabupaten/Kota,” tuturnya.
Untuk mempertahankan keberlanjutan dari pembentukan destana ini, perlunya langkah-langkah selanjutnya berkaitan dengan kapasitas tersebut. Seperti upaya edukasi masyarakat tentang ancaman gempa itu sendiri dan berbagai kemungkinan yang harus dilakukan bila terjadi gempa. Supaya masyarakat paham, saat terjadi gempa tidak hanya langsung lari. “Yang ada malah kejatuhan tembok. Yang betul adalah mengamankan diri dibawah meja atau dibawah tempat-tempat yang aman, sambil melihat sudah reda belum kemudian keluar. Ini dilakukan dalam simulasi seperti itu,” tuturnya.
Aturan tegas juga dengan telah ditetapkannya Perda rencana tata ruang wilayah (RTRW) berdasarkan kawasan rawan gempa. Untuk meningkatkan kesiapsiagaan, tahun ini BPBD DIJ akan membentuk 25 sekolah siaga bencana mulai dari SD, SMP, hingga SMA dan SMK.
Dia mengklaim saat ini, masyarakat, relawan dan petugas BPBD lebih siap bila adanya kemungkinan terjadinya bencana. Itu karena berbagai upaya sedang berjalan dilakukan. Karena sudah adanya acuan untuk melakukan langkah-langkah lebih lanjut. Bahkan pihaknya pun juga melakukan pelatihan kepada kapasitas perangkat desa maupun kecamatan terkait dengan kesiapsiagaan atas ancaman bencana gempa.
Mitigasi bencana, menurut dia, dilakukan dengan cara fisik dan non fisik. Secara fisik yaitu dengan membangun rumah ramah gempa. Sedang non fisik seperti pembentukan kapasitas masyarakat. Hai ini yang dilakukannya berkaitan denhan mitigasi bencana secara optimal untuk potensi hal-hal bencana yg ada di DIJ. (cr15/pra/by)