KULONPROGO – Merespons kasus matinya ribuan ikan di laguna Pantai Trisik, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kulonprogo meminta pembudidaya ikan menghentikan sementara penebaran benih ikan di Laguna setempat. Penebaran benih ikan bisa dilakukan setelah air laguna dipastikan steril.
”Biar nanti jernih dulu. Tunggu air kembali normal,” tegas Kepala Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil DKP Kulonprogo Sugiharto, kamis (13/6).
Menurutnya, proses sterilisasi tergantung dengan kondisi cuaca. Minimal harus menunggu hujan. Lantaran hujan cukup efektif mempercepat hilangnya kadar racun amonia di laguna yang terdeteksi oleh peneliti.
”Saat volume air naik karena hujan, otomatis kandungan limbah yang sebelumnya mencemari laguna ini bakal menyusut dan lambat laun hilang,” ujarnya.
Jika ada cara lain, lanjut Sugiharto, dengan menggunakan bahan kimia. Namun, cara ini terlalu berisiko. Sebab, lingkungan sekitar dan ekosistem di laguna seluas dua hektare itu bisa terimbas.
”Mungkin sambil menunggu proses sterilisasi alami terjadi, pengelola bisa beraktivitas lain. Karena sebagian juga menjadi nelayan tangkap atau bekerja di tambak udang,” katanya.
Kepala DKP Kulonprogo Sudarna menyarankan kelompok budidaya menyesuaikan waktu tebar benih. Yakni, saat musim kemarau. Itu bertujuan agar perisitiwa serupa tak terulang.
”Jika saat ini masih ada ikan di laguna disarankan juga secepatnya dipanen, agar tidak mati sia-sia. Terlebih volume air laguna terus menyusut dari hari ke hari,” ucapnya.
Dikonfirmasi terpisah, Ketua Kelompok Budidaya Bandeng Jaya Supoyo keukeuh beraktivitas seperti biasanya. Laguna tetap akan difungsikan sebagai lokasi budidaya ikan. Agar kelompok budidaya tetap bisa memanen 10 ton ikan nila dan bandeng per tahun. Toh, Sutopo mengklaim, masih banyak benih ikan yang masih bertahan hidup.
“Bibit ikan yang keci-kecil masih banyak, selang beberapa bulan nanti saya percaya masih bisa besar lagi,” ucapnya. (tom/zam/er)