Melatih para atlet berkebutuhan khusus memang butuh keahlian dan ketelatenan tersendiri. Inilah yang dialami para pelatih tim Paralimpik DIJ. Bagaimana kiat mereka ?

AHMAD SYARIFUDDIN, Jogja

Di antara para pelatih tim Paralimpik DIJ terdapat nama Bambang Dewanjaya. Di kalangan dunia olaharaga di Jogjakarta namanya sudah tak asing lagi. Dia adalah salah satu penggiat atletik. Dia juga Ketua Harian Pengda PASI DIJ.

Bambang Dewanjaya juga menangani para atelet Paralimpik khususnya cabang atletik. .  Ya, dari berbagai cabang Paralimpik, atletik merupakan salah satu yang paling banyak menyumbangkan medali. Kepada Radar Jogja, dia mengungkapkan bagaimana kiat dia agar cabor ini meraih prestasi yang cukup gemilang.  Selain kedisiplinan dalam berlatih, ia mengusahakan agar tiap latihan atlet bisa enjoy. “Selain mejadi pelatih, harus bisa juga melawak,” guraunya.

Ya, ini memang salah satu cara pendekatan kepada para atlet. Dia pun menyiapkan berbagai macam lelucon untuk menyulut gelak tawa para atletnya. “Terkadang yang jadi objek diri sendiri. Mereka bisa senang, terus ketawa,” ungkapnya.

Tak hanya itu, kadang-kadang sesama pelatih saling ejek. Mereka kadang juga jadi bahan candaan. “Mereka tidak marah malah ketawa,” jelasnya.

Terbukti, beberapa atlet di bawah asuhannya sukses mengharumkan Jogja di berbagai ajang nasional. Di ajang Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) beberapa anak asuhnya membawa pulang medali. Anggun Novitasari (tunarungu) mendapatkan perak di lompat jauh. Gani Nurrohman (celebral palsy) di lari 800 M mendapat medali perunggu. Ernawati (tunadaksa) di lari 100 Mmendapat medali perunggu. Ari Setyawan (celebral palsy) di nomor tolak peluru mendapat medali perunggu.

Kini dia sedang mengasuh 12 atlet.  Di antara mereka da beberapa muka baru. Artinya mereka yang belum mengikuti Peparnas. Ada yang sudah mengikuti Peparnas. Ia menyadari kebutuhan tiap atletnya berbeda-beda. Ia harus memberikan instruksi seluas mungkin kalau perlu berulang-ulang agar mereka mengerti. “Harus banyak bersabar,” jelasnya.

Selain itu butuh komunikasi yang mudah diterima oleh mereka. Yakni bagaimana caranya agar anak didiknya langsung mengerti. Sebab, daya tangkap masing-masing anak asuhnya memang berbeda.

Dengan meningkatnya kemampuan atlet di bawah asuhannya, dia berharap bisa meningkatkan prestasi di Peparnas 2020 mendatang. (din/by)