JOGJA – Awalnya Pemprov DIJ membangun Taman Khusus Parkir (TKP) Abu Bakar Ali tiga lantai sebagai lahan relokasi parkir motor di Malioboro. Nyatanya, di lantai 2 pun, motor tak pernah penuh. Apalagi lantai 3 ABA yang mangkrak. Kini malah digunakan untuk tindakan asusila.
Radar Jogja memergoki sendiri beberapa pasang muda-mudi yang pacaran di sana Selasa siang (9/7). Bahkan salah satunya terlihat bermesraan di salah satu kursi kayu. Seakan dimabuk kasmaran, pasangan muda-mudi tersebut tidak menghiraukan pengunjung lain. Di lantai juga ditemukan bekas botol minuman beralkohol. Radar Jogja juga menemukan satu botol mihol jenis congyang.
Salah satu penjaga parkir Tri Suwito, membenarkan lantai 3 ABA kerap digunakan untuk berpacaran. “Siang saja buat pacaran apalagi malam. Kalau ditegur juga percuma, dikandani angel mas,” katanya ditemui di Parkir ABA, Selasa (9/7).
Suwito mengungkapkan kondisi malam hari lebih parah. Adanya pasokan listrik seakan percuma. Ini karena penerangan lantai 3 hanya berada di sisi tengah. Sementara sejumlah sudut taman parkir gelap gulita. “Dulu awalnya memang terang semua. Tapi lampunya sering hilang, akhirnya tidak dipasang sama UPT (Malioboro). Maklum saja, lantai 3 itu jarang dipakai dan tidak dijaga. Memang tetap ada lampu tapi tidak terang banget,” keluh pria 59 tahun itu.
Tukang parkir, lanjutnya, bukannya tidak peduli. Meski tidak menegur, para tukang parkir tetap menyempatkan diri patroli. Sesekali mereka naik ke lantai 3 untuk melihat kondisi. Setidaknya langkah ini menjadi bentuk preventif. “Sebenarnya mengharapkan ada Jogo Boro yang berjaga, karena kami fokusnya parkir. Sudah lama tidak sambang ke sini. Dulu satu tahun setelah pindah sini (ABA) memang sering ditiliki (Jogo Boro) tapi sekarang blas,” ungkapnya.
Wakil Wali Kota Jogja Heroe Poerwadi mengaku telah menerima laporan terkait hal itu. Dia telah menugaskan Dinas Pariwisata Kota Jogja untuk diteruskan ke UPT Malioboro selaku penanggungjawab. Diawali dengan perbaikan fasilitas kamera pengawasa CCTV.
Mantan wartawan ini meminta warga tak segan menegur dan melapor. Menurut dia lokasi tersebut adalah fasilitas publik yang wajib dijaga. Sehingga setiap orang yang melintas memiliki hak dan tanggungjawab yang sama.“Kami juga tidak ingin lantai 3 disalahgunakan. Adanya laporan dari masyarakat, benar atau tidak apapun itu tetap kami tindaklanjuti,” tegasnya.
Solusi lain, HP mengaku tengah menyiapkan sebuah konsep. Lantai 3 akan difungsikan layaknya taman kuliner. Selain itu juga memfasilitasi spot berburu foto. Tujuan utama agar lokasi tersebut tidak terkesan sepi. Imbasnya niat untuk melakukan tindak asusila di fasilitas publik menghilang.
“Disamping menambah keberadaan CCTV. Agar tidak sepi harus disiapkan, untuk hunting foto atau café meski tdiak harus seluruhnya. Terpenting tempatnya jangan sepi agar tidak timbul kesempatan,” kata mantan Lurah Prawirodirjan itu.
Sementara itu Kepala UPT Malioboro Ekwanto mengaku belum ada laporan masyarakat. Walau begitu jajarannya langsung bergerak pascaimbauan dari HP. Langkah pertama adalah mengoptimalkan kamera pengawas yang terpasang.“Kami meminta tukang parkir juga berperan serta. Karena mereka intensitas di sana lebih sering,” ujarnya. (dwi/pra/er)