Lantai tiga Taman Khusus Parkir (TKP) Abu Bakar Ali (ABA) mangkrak sejak diserahterimakan dari Pemprov DIJ ke Pemkot Jogja 2016 lalu. Menjadi pekerjaan rumah Pemkot Jogja untuk menghidupkan aktivitas di sana.

DWI AGUS, Jogja

Dua perempuan muda berburu foto di lantai tiga parkir ABA. Yenny Vicky dan Kirwant.  kedua perempuan ini sengaja mengunjungi lokasi tersebut. Kedua wisawatan asal Klaten Jawa Tengah ini mengakui parkir ABA menawarkan keeksotisan tersendiri.

Bagi gadis yang sama-sama berusia 19 tahun itu, tata bangunan ABA tergolong unik. Selain itu juga menyajikan pemandangan landscape kota dari ketinggian. Mulai dari jembatan Kleringan, situasi kawasan Malioboro sisi utara hingga pemandangan Gunung Merapi.

“Tempatnya sebenernya bagus, apalagi buat foto. Cuma kurang tertata saja, ada sampah berserakan, terus coret-coretan vandalisme sama orang yang tiduran di kursi kayu. Kalau lebih rapi mungkin lebih nyaman,” kata Yenny ditemui di lantai tiga parkir ABA, Rabu (10/7).

Bergeser ke sisi barat terlihat segerombolan pemuda membawa kamera. Sesekali mereka mengarahkan bidikan kamera ke sisi rel kereta api. Targetnya adalah beragam kereta yang masuk atau keluar dari Stasiun Tugu.

Salah satu spotter kereta (sebutan pemburu foto kereta api) Wicaksono Haryp mengakui lokasi ABA strategis. Selain relatif sepi juga memiliki bidang yang luas. Lokasi berburu foto yang ideal pada siang hingga sore hari.

“Spot ini memang bagus karena ada jalur simpangan kecil saat kereta mau masuk atau keluar dari stasiun. Sayangnya ada yang menyalahgunakan untuk pacaran. Risih soalnya engga etis aja ditempat umum seperti ini,” kesannya.

Koordinator Forum Pemantai Independen Kota Jogja Baharudin Kamba menyayangkan penyalahgunaan parkir ABA. Menurut dia dinas terkait harus menindaklanjuti fenomena ini. Setidaknya wujud langkah strategis agar lantai tiga tidak disalahgunakan.

“Sepi karena tidak ada yang jaga lalu gelap karena penerangan minim. Ini yang harus diperbaiki dengan segera. Patroli Jogo Boro tidak hanya Malioboro ke selatan, ABA itu kan juga masih satu kawasan. Sehingga masih masuk tanggungjawabnya,” ujarnya.

Ketika dikonfirmasi Wakil Wali Kota Heroe Poerwadi berjanji membenahi tata kelola.  Dia menyarankan ada pola perubahan masuknya kendaraan. Seluruh roda dua diarahkan menuju lantai tiga terlebih dahulu. Tujuannya untuk menghindari kekosongan di lantai teratas tersebut.

Terkait lampu penerangan dia minta ada optimalisasi. Hanya saja perlu pemasangan ekstra agar lampu tidak mudah dicuri. Dia mengakui bahwa pemasangan lampu oleh UPT Malioboro seakan mubadzir. Ini karena instalasi penerangan ini kerap dicuri.

“Tadi malam (9/7) saya minta kepada UPT (Malioboro), pengelola parkir maupun Dinas Pariwisata agar lantai tiga dioptimalkan. Lantai dasar tidak boleh untuk motor. Perencanaan agar motor langsung naik ke lantai tiga dulu,” jelasnya.

HP juga mengaku sedang menyusun strategi menghidupkan suasana lantai tiga. Setidaknya ada keberadaan café kecil hingga fasilitas spot foto. Seperti yang dilakukan di lantai dua TKP Ngabean. Tujuannya agar ada aktivitas keramaian.

“Tapi kami juga tidak ingin menyalahgunakan tempatnya, karena ABA kan peruntukan untuk parkir kendaraan. Masih konfirmasi apakah perlu ada izin, boleh tidaknya dipakai (café kecil dan spot foto). Paling tidak ada yang menunggui agar tidak disalahgunakan,” ujarnya. (pra/zl)