JOGJA – Upaya KONI Kota Jogja untuk bertemu Badan Abitrase Olahraga Republik Indonesia (BAORI) mendapat penolakan dari KONI DIJ. Dengan begitu, peluang sembilan atlet asal Kota Jogja untuk mengikuti Pekan Olahraga Daerah (Porda) DIJ 2019 tertutup sudah.
Dalam surat yang balasan tersebut, KONI DIJ menyebut putusan dari BAORI tersebut bersifat final, binding, dan favorable. Sehingga, permintaan tersebut tidak bisa dipenuhi.
Ketua Umum (Ketum) KONI Kota Jogja Tri Joko menilai dengan ditolaknya surat permohonan tersebut, berarti tidak ada lagi ruang untuk berdialog menyelesaikan persoalan sengkata atlet. Upaya selanjutnya, pihaknya akan melakukan aksi damai agar persoalan sengketa atlet ini bisa terselesaikan. “Nanti akan ada solidaritas dari para atlet atas nasib rekan mereka yang tidak bisa ambil bagian,” kata Tri Joko Rabu.
Rabu, KONI Jogja menggelar petemuan tertutup dengan sembilan atlet yang tercoret. Hadir pula orang tua atlet dan pengurus cabor di Kantor KONI Kota Jogja. KONI Jogja, tak bisa membendung keinginan atlet untuk menanyakan nasibnya ke pada penyelenggara Porda DIJ.
Mereka merasa, dengan tidak bisa ambil bagian di Porda DIJ merupakan sebuah kerugian besar dalam karir atlet. “Aksi damai di KONI DIJ. Tapi bisa juga ke DPRD DIJ atau juga bisa ke gubernur,” katanya.
Wakil Ketua Umum II KONI Kota Jogja, Bastari Ilyas menyatakan akan membawa kasus ini ke meja hijau bila upaya mediasi tertutup. Menurutnya, upaya hukum ini bukan sekadar ingin mengejar kemenangan, tapi semata-mata karena kepentingan atlet yang telah berlatih giat mengejar prestasi. “Kami siap mendampingi malakukan gugatan atas putusan KONI DIJ ke peradilan umum,” jelasnya.
Bastari menegaskan siap memperjuangkan nasib para atlet. Apalagi, menurutnya ajang Porda sebagai salah satu sarana pembinaan atlet muda. “KONI DIJ malah memupuskan harapan mereka untuk bisa mengembangkan potensi,” jelasnya.
Ketua Panitia Porda DIJ Rumpis Agus Sudarko belum bisa berkomentar soal upaya protes KONI Kota Jogja. “Silahkan konfirmasi ke pak ketua umum KONI DIJ (Prof Djoko Pekik Irianto, Red),” jelasnya.
Djoko Pekik sendiri belum menanggapi pertanyaan Radar Jogja. Pesan telpon dan Whatss App yang disampaikan pun belum direspons. (bhn/din/by)