GUNUNGKIDUL – Masyarakat menaruh harapan besar kepada Pemkab Gunungkidul terkait penanganan penyakit antraks. Sebab, kematian hewan ternak positif antraks bisa berdampak negatif.
Sugimu, seorang blantik di Pasar Hewan Suyonoharjo, Siyono, Playen, mengatakan, menjelang Idul Adha harga hewan kurban mulai merangkak naik. Tiga pekan menjelang kurban, sapi berukuran besar dibandrol dengan harga Rp 18 juta hingga Rp 20 juta. Sedangkan kambing sekitar Rp 2 juta.
”Sudah ada kenaikan harga menjelang kurban. Kamis adik saya sudah mendapatkan pesanan 30 ekor sapi akan dibawa ke Jakarta,” kata Sugimu.
Dia mengatakan, ternak sapi dan kambing asal Gunungkidul menjadi pilihan pembeli dari luar daerah terutama Jakarta dan sekitarnya. Sebab, sapi dan kambing dari Gunungkidul terkenal dengan kepadatan dagingnya. Setiap dua pekan menjelang hari raya dipastikan banyak pedagang mengirimkan hewan ternak ke ibu kota.
”Antraks memang ada pengaruhnya, tapi sedikit. Pemerintah kan sudah menangani ya,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul Bambang Wisnu Broto mengklaim sapi di wilayahnya aman meski ditemukan kasus antraks di Bejiharjo. Bahkan, pengaruh terhadap harga relatif kecil.
”Petugas sudah melakukan vaksin terhadap ribuan hewan ternak,” kata Bambang Wisnu Broto.
Hantoro, calon pembeli, mengaku datang ke pasar hewan untuk melihat dan memantau harga. Menurutnya, harga hewan ternak menjelang Lebaran Haji mulai ada kenaikan. Hanya saja, dia khawatir dengan kondisi kesehatan hewan.
”Harapan kami, hewan ternak menjelang kurban diperiksa kesehatannya. Kami menaruh harapan besar kepada pemerintah untuk mengatasi antraks,” kata Huntoro.
Terpisah, Kepala Seksi Kesehatan Veteriner Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul Retno Widiastuti mengatakan, langkah paling efektif mencegah penyebaran penyakit pada ternak mati mendadak dengan cara mengubur. ”Kalau disembelih justru akan berbahaya dan potensi penyebaran penyakit akan lebih luas,” kata Retno. (gun/amd/zl)