JOGJA – Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Daerah Istimewa Jogjakarta (DIJ)  akhirnya buka suara terkait reaksi KONI Kota Jogja atas pencoretan sembilan atletnya. KONI DIJ bersikeras keputusan tersebut sudah final dan sesuai prosedur aturan.

Ketua Umum KONI DIJ Prof Djoko Pekik Irianto menjelaskan, semangat olahraga adalah sportivitas. KONI DIJ tidak memiliki hak untuk melakukan intervensi dan membatalkan hasil putusan dari Badan Abritasi Olahraga Republik Indonesia (BAORI).

Maka dari itu, jelasnya, terkait atlet yang tidak lolos Porda, KONI DIJ bisa memaklumi kekecewaan tersebut. Namun, pihaknya tetap harus menjaga sportivitas. “Jangan memaksakan kehendak,” kata Djoko Jumat (19/7).

Dijelaskan, lolos dan tidaknya atlet utk berlaga di Porda pada dasarnya adalah  mengacu pada peraturan mutasi. Selain itu, tahapan verifikasi atlet berdasarkan entry by name juga sudah dilaksanakan dengan seksama melalui tahapan panjang.

Tahap verifikasi dilakukan mulai dari pengurus daerah cabang olahraga (cabor) hingga KONI masing-masing daerah. Termasuk validasi oleh KONI DIJ dan BAORI. “Selama ini kan jarang ada verifikasi sepanjang ini,” jelasnya.

Menurutnya, komptensi dan kewenanganya BAORI daerah telah bekerja maksimal. Sehingga, menghasilkan keputusan bersifat final dan mengikat. “Langkah panjang tersebut perlu dihargai oleh semua pihak,” katanya.

Ditegaskan, jika setelah melalui tahapan panjang dan diputuskan kemudian ada pihak yang terus mempermasalahkan putusan tersebut, itu berarti mengingkari kesepakatan  dan mengabaikan sportivitas.  “Apalagi putusan BAORI tidak bisa kami intervensi karena mereka lembaga indepeden,” jelasnya.

Sementara itu dicoretnya sembilan atlet berdampak pada persiapan tim sepak bola Kota Jogja. Bagaimana tidak, kondisi ini membuat tiga pemainnya terancam absen. Ketiganya yakni Bagus Tri Atmodjo dan Feby Widianto dari sepak bola putra, kemudian Okta Berti Hardianti dari sepak bola putri.

Padahal, Askot PSSI Jogja telah memastikan sejak jauh-jauh hari, tiga pemain itu, sudah memenuhi syarat secara administrasi.

Ketua Umum (Ketum) Askot Jogja, Muhammad Irham mengatakan, ketiganya dinilai tidak lolos verifikasi oleh KONI DIJ, karena dua alasan. Feby dan Okta tersandung keabsahan mutasi. Lalu Bagus masih dianggap berstatus profesional.

Untuk masalah Bagus, pihaknya telah menempuh tempuh beberapa bulan lalu dengan mengajukan surat  ke Asprov DIJ “Sudah jelas Bagus adalah pemain amatir” katanya.

Pihaknya pun mendorong rencana atlet untuk menyuarakan aspirasi atas keputusan KONI DIJ. “Ya bila atlet mau mengambil sikap, itu hak mereka,” katanya. (bhn/din/by)