PURWOREJO – Pembinaan atlet menjadi masalah serius yang harus diperhatikan Pemkab Purworejo. Agar pemerintah tak hanya mencetak bibit-bibit berprestasi. Tapi tidak bisa menggunakan jasa mereka untuk mendulang medali. Apalagi jika itu lantaran ‘rumput tetangga’ tampak lebih hijau dari daerah sendiri. Ini terutama terjadi pada atlet yang berstatus pelajar.

Ketua KONI Purworejo M. Abdullah tak menampik masalah tersebut. Menurutnya, sepanjang 2019 ini saja ada tiga atlet yang akhirnya pilih memperkuat daerah lain. Itu karena mereka ingin tetap mempertahankan prestasi olahraga tanpa meninggalkan kewajiban akademik. Seorang adalah atlet renang dan dua lainnya bulu tangkis. “Kalau seperti ini terus ya Purworejo selamanya hanya akan memunculkan bibit,” sindir Abdullah di sela pembukaan Pekan Olahraga Kabupaten (Porkab) Purworejo di Alun-Alun Purworejo minggu (21/7).

Ketiga atlet itu, lanjut Abdullah, rela meninggalkan Purworejo lantaran di home base baru mereka mendapat uang pembinaan dan sekolah gratis. Sementara di Purworejo, para atlet seperti mereka masih diperlakukan sebagai siswa biasa. Mereka bahkan tak memiliki jam latihan atau sistem kompetisi yang baik. “Bagi anak yang pilih jalur prestasi olahraga tentu tak bisa berkembang,” katanya.

Karena itu, Abdullah berharap, Pemkab Purworejo lebih total dalam pembinaan atlet. Salah satunya lewat sekolah khusus olahraga. Agar siswa atlet tetap bisa menimba ilmu akademik. Sekaligus mengembangkan bakat di cabang olahraga yang digeluti. “Bukan seperti sekarang. Siswa yang berstatus atlet tak bisa beraktivitas untuk mendukung prestasi olahraganya,” bebernya.

Abdullah yakin, setiap perhatian pemerintah akan merangsang prestasi atlet. Dia mengungkapkan, sejauh ini baru tiga hal yang telah dilakukan Pemkab Purworejo terkait perhatian terhadap atlet. Yakni, penghargaan bagi atlet yang meraih juara, penambahan anggaran keolahragaan, serta wacana pembangunan sport centre. Keberadaan GOR WR Soepratman dinilai belum mampu menampung banyak atlet dengan beragam event olahraga.

Melihat kondisi itu, Abdullah tak berani pasang target terlalu tinggi dalam setiap ajang kompetisi olahraga. Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa Tengah 2019, misalnya. “Tak mungkin Purworejo targetkan juara 1. Bertahaplah. Target harus realistis,” ujarnya.

Jika pada porprov sebelumnya Purworejo berada di peringkat ke-32, kali ini Abdullah hanya berharap bisa naik ke ranking 31 atau 30.

Wakil Ketua DPRD Purworejo Kelik Susilo Ardani juga memiliki beberapa catatan bagi pemerintah setempat. Untuk mendongkrak prestasi olahraga. Seperti wacana pembangunan sport centre. Itu harus direalisasikan. Sebagai pusat kegiatan olahraga. “Sarpras olahraga harus dimaksimalkan. Yang tadinya belum ada, perlu diusahakan untuk ada,” pintanya.

Kelik optimistis, kebijakan pemerintah yang berpihak pada atlet akan berbuah kepingan medali.

Di sisi lain, Kelik mendorong KONI Purworejo pasang target khusus dalam setiap perhelatan olahraga. Hal itu penting guna mengukur tingkat capaian dan evaluasi.

Adapun, Porkab Purworejo 2019 mempertandingkan 8 cabang olahraga. Yakni tenis meja, bola voli, sepak bola, basket, bulu tangkis, silat, catur, dan sepak takraw. Ajang tersebut melibatkan 1.237 atlet dan 235 ofisial dari seluruh kecamatan. (udi/yog/rg)