Limbah plastik memang sulit terurai. Menyulapnya menjadi bentuk lain merupakan langkah terbaik pengelolaan limbah itu.

BUDI AGUNG, Purworejo

KRESEK. Meski melimpah, tas belanja berbahan plastik daur ulang itu menjadi komoditas paling tak diminati tukang rongsok. Namun tidak demikian di tangan pemuda-pemuda kreatif ini. Mereka pengelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Jelok, Kaligesing, Purworejo. Kresek daur ulang didaur ulang lagi hingga menjadi bentuk lain.

Lewat bank sampah yang dikelola BUMDes Jelok, limbah plastik kresek bisa disulap menjadi bahan bernilai guna sekaligus ekonomi. Seperti pot bunga, batako, dan aneka suvenir.

Untuk bahan baku, para aktivis bank sampah cukup mengambil dari sampah rumah tangga di lingkungan tempat tinggal masing-masing. “Ide mengelola sampah plastik ini sudah lama. Saya sampaikan ke LPPM Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMP),” ungkap Direktur BUMDes Jelok Imam Prayogi kemarin (25/7).

Gayung bersambut. LPPM UMP ternyata punya jaringan untuk mewujudkan alat pengolah sampah plastik. Alat yang tak diproduksi masal itu didatangkan dari Wonogiri. “Dibuat khusus untuk pesanan dari Purworejo,” katanya.

Alat itu berupa tungku yang diengkapi semacam wadah dari besi. Wadah ini fungsinya untuk memasak plastik. Adonan plastik yang telah berubah menjadi cairan lantas dialirkan ke alat pencetak di bawah tungku. Bentuk alat cetak itu disesuaikan kebutuhan.

“Kami bukan hanya mendatangkan alatnya. Tapi sekaligus dengan pembuatnya. Untuk mendemokan cara kerja alat itu,” ujar Agus Budi Santoso, dosen UMP yang menangai proyek limbah plastik.

“Alat ini menarik dan bisa menjawab permasalahan sampah plastik,” sambung Kaprodi Hukum UMP itu.

Kepala Desa Jelok Feri Sulistyo berharap, terobosan baru itu bisa mendukung unit usaha yang sedang dikembangkan lembaganya. “Ke depan semoga semakin banyak kontribusi yang bisa dihasilkan BUMDes untuk desa,” ucapnya. (yog/er)