SLEMAN – Dari Januari sampai Agustus terjadi 64 kasus kebakaran di Sleman. Apalagi memasuki April yang merupakan musim kemarau. Api dengan mudah cepat meluas.

Kepala Seksi Operasional dan Investigasi Kebakaran Bidang Pemadam Kebakaran Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Sleman Suwandi mengatakan penyebab kebakaran didominasi hubungan arus pendek listrik atau korsleting. Juga disebabkan kelalaian mematikan lilin. Disusul kompor meledak sampai puntung rokok yang masih menyala dibuang sembarangan.

Adanya tumpukan sampah dan lahan tanaman tebu usai panen memperparah luasnya api saat musim kemarau. “Masyarakat diimbau tidak membakar sampah sembarangan. Untuk menekan kebakaran yang bisa saja terjadi,” kata Suwandi, Minggu (11/8).

Dia menyayangkan masih adanya masyarakat yang menganggap kebakaran sebagai hal sepele. Masih ditemukan beberapa pelapor dengan identitas yang tidak jelas melaporkan kebakaran. Saat mobil pemadam kebakaran (damkar) menuju lokasi, ternyata tidak ada kebakaran seperti yang dilaporkan.

Suwandi bersama timnya memperketat penanganan kebakaran. Yakni dengan melakukan konfirmasi saat menerima informasi dengan identitas pelapor. Mulai dari nomor telepon, lokasi kejadian, sampai objek kebakaran.

Meskipun belum mencapai jumlah kejadian kebakaran seperti pada 2018, korban kasus kebakaran sampai tahun ini nihil. ‘’Tahun lalu ada 142 kasus kebakaran, untuk korban tidak ada,” ujar Suwandi.

Dikatakan, kecamatan yang paling saering terjadi kasus kebakaran adalah Mlati dan Depok. Damkar Sleman melakukan sosialisasi dan penyuluhan terkait antisipasi kebakaran.

Kepala Bidang Pemadam Kebakaran Satpol PP Sleman Sutriyanta mengaku pihaknya telah melakukan pelatihan kepada anggota linmas dan masyarakat. Serta melakukan pengawasan toko, hotel, dan pabrik terkait proteksi kebakaran.

Sutriyanta mengeluhkan jumlah personel dan sarana-prasarana yang dimiliki oleh Damkar Sleman yang masih belum mencukupi. Karena berkaitan dengan upaya pemadaman kebakaran. (cr7/iwa/zl)