JOGJA – Sebanyak 17 Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan sembilan Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) di wilayah Kulonprogo mengikuti Sosialisasi Agroklimat yang diselenggarakan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG), 14-15 Agustus. Bertempat di salah satu hotel di kawasan Gowongan, Jogja.

Kepala Deputi Klimatologi BMKG Herizal menjelaskan, kegiatan ini sebagai upaya mendukung ketahanan pangan di Indonesia. Karena sektor pertanian adalah salah satu unit penting yang terdampak dari perubahan iklim.
“Bukan kegiatan baru sebenarnya, sudah sejak 2011, tapi petani kita banyak maka harus berulang-ulang agar menjadi kultur karena butuh dan agar paham,” jelas Herizal usai meresmikan acara, Rabu (14/8).

Kepala Deputi Klimatologi BMKG Herizal saat meresmikan acara Sosialisasi Agroklimat,, Rabu (14/8) (LATIFA NURINA A/RADAR JOGJA)

Dia berharap, bukan hanya pengetahuan iklim para PPL, POPT dan petani yang meningkat, namun juga bisa meningkatkan produktifitas setelah diimplementasikan di lapangan. Selain itu, toh jika terjadi perubahan iklim sangat ekstrem, dapat dikurangi kerugiannya.

“Dari kegiatan ini hingga saat ini produktifitasnya bisa meningkat sekitar 36 persen, lumayan. Apalagi lewat kegiatan seperti ini ada komunitas di lapangan mereka bisa melakukan aksi lebih awal saat perubahan iklim,” tuturnya.

Kepala Stasiun Klimatologi (Staklim) Mlati BMKG Jogjakarta Reni Kraningtyas menambahkan, sosialisasi ini sebelumnya diadakan untuk Kabupaten Bantul, dan akan ke kabupaten lainnya di DIJ. Harapannya, informasi iklim ini dapat diserap dan dipahami bagi semua pihak yang terlibat dalam ketahanan pangan sehingga produktifitas dapat meningkat.

“Kami berusaha mengakomodir para PPL dan PTPO yang ada di kabupaten sebanyak-banyaknya, yang belum pernah menerima pembelajaran ini,” ujar Reni.

Materi Dasar yang disampaikan yakni kebijakan program penanganan dampak iklim di sektor pertanian. Selain itu juga terkait pemahaman informasi cuaca meliputi; pengenalan unsur cuaca dan iklim, pengenalan alat ukur cuaca dan penakar hujan sederhana serta kalibrasinya, pemahaman informasi dan prakiraan iklim/musim, proses pembentukan hujan, hingga pemahaman iklim/iklim ekstrem.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulonprogo Aris Nugroho menyambut dengan antusias kegiatan ini. Menurutnya, sasaran sosialisasi sangat tepat. “Karena petugas-petugas kami di lapangan penyuluh dan POPT ini garda terdepan kami yang selalu mengawal pertanaman petani,” ungkapnya.

Dia berharap setelah pelatihan ini para penyuluh dapat meneruskan informasi kepada petani sehingga bisa mengantisipasi, mitigasi, dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Sehingga dampak perubahan iklim tidak berpengaruh besar terhadap peoduktifitas pertanian khususnya di kulonprogo. Apalagi, lanjut Aris, bulan Agustus ini akan dimulai musim tanam untuk padi di wilayah Kali Bawang, Nanggulan, Sentolo, Galur, dan Lendah. (tif)