SLEMAN – Menyemarakkan hari Kemerdekaan bisa dengan berbagai cara dan apa saja. Salah satunya dengan menggelar karnaval motor dan sepeda hias seperti yang dilakukan oleh warga Bedingin Wetan, Sumberadi, Mlati, Sleman, Sabtu (17/8).
Diikuti lebih dari 300 peserta, miniatur kapal otok-otok buatan Budi Riyanto sukses menarik perhatian masyarakat yang menonton dipinggir jalan. Saat ditemui di sela kegiatan, Budi Riyanto mengungkapkan, ide pembuatan miniatur kapal otok-otok tersebut merupakan salah satu kegelisahaannya terhadap perilaku anak zaman sekarang. Anak sekarang cenderung sudah asyik bermain gadget hingga lupa waktu, bahkan minim bersosialisasi dengan keluarga maupun teman.
”Kapal otok-otok ini dibuat sebagai sindiran bahwa mainan jadul perlu dikenalkan kembali kepada generasi muda saat ini, bahwa betapa indahnya masa kecil dulu tanpa gadget,” katanya.
Bukan melarang menggunakan gadget, lanjutnya, tetapi membatasi penggunaannya. Sehingga waktu untuk belajar ataupun bersosialisasi dengan keluarga maupun teman menjadi lebih lama dan intens. ”Karena bertatap muka langsung,” tambahnya.
Budi mengaku, pembuatan miniatur kapal tersebut dia kerjakan tidak sendiri tetapi bersama rekannya selama lima hari. Menggunakan berbagai bahan seperti bambu sebagai kerangka, kardus dan koran untuk lapis luarnya, finishing-nya miniatur itu dicat.
”Untuk lebih menghidupkan karakter otok-otoknya maka seluruhnya dicat sesuai versi mainannya,” jelasnya.
Selain membuat kapal otok-otok, dia juga berhasil membuat beberapa miniatur lain seperti , tank, pesawat, dan mobil jeep.
Sementara itu, Ketua Panitia Karnaval Yuli Mintarto menjelaskan, event seperti ini digelar setiap tahun sejak 2002. Khusus untuk tahun ini karnaval dijadikan sebagai acara puncak peringatan HUT kemerdekaan ke-74 RI di Dusunnya. ”Agenda sebelumnya, ada malam tirakatan. Kami juga menggelar peresmian ikon dusun berupa Tugu Gentong oleh Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun,” jelasnya.
Yuli berharap, melalui tema kegiatan menyatukan keberagaman, semua perbedaan baik itu agama, ras budaya, profesi, suku maupun golongan dapat menyatu padu menyemarakan kemerdekaan Indonesia. (naf/ila)