SLEMAN – Kelompok Budidaya Jamur Dusun Gamol, Desa Balecatur, Kecamatan Gamping, mengeluhkan tingginya tingkat kegagalan panen jamur. Kondisi tersebut membuat empat mahasiswa UMY ciptakan alat pasteurisasi atau alat pemanas. Yakni untuk membunuh bakteri, protozoa, dan kapang.
Alat diberi nama Banker Pintar. Merupakan alat pasteurisasi. Berfungsi meningkatkan produktivitas dan keuntungan budidaya jamur gamol.
Alat ini diciptakan karena tingkat kontaminasi media jamur tiram pada Kelompok Budidaya Jamur Gamol mencapai 50 persen. Produktivitasnya hanya setengah dari produksi normal.
“Alat berbentuk silinder berdiameter 1,2 meter. Berbahan besi setebal empat milimeter,” kata salah seorang anggota kelompok Nabil Dhiyaulhaq Dzikrullah (18/8).
Bersama dengan tiga temannya, Afrio Darmawan, Maki Lukmanul Hakim, dan Marbudi, Nabil menyimpulkan, penyebab kegagalan adalah penggunaan alat pasteurisasi media jamur tiram yang kurang efektif. Sehingga media jamur tiram tidak matang.
Nabil menyebutkan, alat yang digunakan para petani terdiri dari ruang pasteurisasi yang tidak rapat dan tungku kayu sederhana. Hal ini membuat kelompok budidaya Jamur Gamol terpaksa menggunakan alat tersebut karena alat pasteurisasi yang standar harganya ratusan juta rupiah.
Menggunakan Bangker Pintar, biaya pasteurisasi yang sebelumnya Rp 300 ribu diperkecil menjadi Rp 146 ribu. “Semoga alat ini bisa digunakan petani lain yang masih menggunakan alat tradisional,” kata Nabil.
Ketua kelompok budidaya jamur Suparman senang karena alat itu bisa menekan biaya pasteurisasi. Meminimalisasi risiko kegagalan. Keuntungan bisa semakin besar.
Hal ini karena perolehan jamur yang meningkat. Semula panen hanya 260 kilogram. Meningkat menjadi 332,5 kilogram.
“Keuntungan produksi meningkat empat kali lipat. Tadinya Rp 600 ribu. Kini menjadi Rp 2,6 juta setiap musim tanam,” jelas Suparman. (cr7/iwa/er)