SLEMAN – Warga RW 05 Dusun Minomartani, Ngaglik, punya cara berbeda menyelenggarakan lomba pitulasan. Memadukan permainan tradisional dibalut nuansa modern.
Lomba dibuat menyerupai obstacle run. Dalam satu lintasan, peserta melewati lima rintangan. Dalam rintangan disisipkan nuansa tradisional. Seperti lompat gawang dan panjat pinang.
“Permainan kali ini beda dengan sebelumnya. Tradisional, tapi dibuat modern. Lompat gawang kami masukkan, ada panjat pinang yang diganti dengan bambu,” kata ketua panitia Mustain (18/8).
Berbagai lomba sengaja diadopsi dan dihadirkan. Dari lima jenis rintangan, untuk melewatinya dibutuhkan kerja sama tim. Lima rintangan itu, lompat gawang, tlusuban, monkey rope, waterboom, dan panjat pinang yang diganti dengan bambu. “Kami adopsi di situ, yang penting kebersamaan,” ujarnya.
Para peserta terdiri tiga orang per tim. Selain harus melewati rintangan, juga harus mengumpulkan bendera. Sebagai syarat bisa melewati rintangan. Setiap peserta tidak boleh meninggalkan anggota tim.
Wahana waterboom menjadi lomba yang paling meriah. Teriakan pendukung dan perjuangan peserta meraih bendera yang digantung, menjadi sajian utama. Semua menikmati acara yang mengambil tema Seribu Bendera: Persatuan Dalam Keberagaman itu.
Mustain menjelaskan, bukan hanya lomba obstacle run. Ada lomba flashmob dari enam RT, buldoser, dan lari air. “Ini jadi puncak kegiatan di RW 05,” katanya.
Ketua RW 05 Minomartani Narwanto Nurcahyo mengatakan setiap kegiatan didesain berdasarkan tema besar HUT ke-74 RI yaitu SDM Unggul Indonesia Maju. Di Minoartani banyak potensi SDM yang harus terus digali.
‘’Kami menggali potensi yang dimiliki tiap RT. Lomba ini didesain dari kita untuk kita. Dengan demikian kebersamaan tiap warga terjaga,” ujar Narwanto.
Sementara itu, Bagus, salah seorang peserta mengaku menikmati permainan tersebut. Kendati melelahkan dan harus terpapar panas matahari. “Seru, hadiahnya juga banyak,” ujarnya. (har/iwa/er)