SLEMAN – Industri obat tradisional dapat menghadirkan potensi ekonomi maupun pariwisata. Apalagi budaya masyarakat yang mulai mengarah ke herbal.
Asisten Bidang Pemberdayaan Masyarakat Sekptov DIJ Arofah Nur Indriani menyebut, obat berbahan dasar alami atau tradisional semakin banyak digunakan dan menjadi pengobatan alternatif yang diminati masyarakat. Popularitasnya muncul karena obat tradisional dianggap aman dibandingkan obat berbahan kimia. “Tak cuma obat, kosmetik alami juga banyak bermunculan di Jogja,” tuturnya dalam Simposium Pengembangan Industri Obat Tradisional dan Peningkatan Penggunaan Obat Tradisional yang dihelat Kementerian Kesehatan Selasa (20/8).
Menurut dia, potensi obat tradisional sebagai warisan budaya harus dimanfaatkan dan didorong daya saingnya. Dia mengimbau kepada pelaku usaha untuk memiliki komitmen jangka panjang dalam memberikan inovasi dan kontribusi dalam industri. “Lembaga riset dan perguruan tinggi perlu terus melakukan riset untuk meningkatkan daya saing”, jelasnya.
Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek menambahkan, hasil riset kesehatan nasional, pada 2010 sebanyak 59,12 persen orang Indonesia mengkonsumsi obat herbal untuk menyehatkan dirinya. Pada 2013 sebanyak 30,4 persen rumah tangga menggunakan cara tradisional untuk kesehatannya. Lebih jauh, pada 2018 sebanyak 44,3 persen masyarakat menggunakan Layanan Kesehatan Tradisional (Yankestrad) baik melalui praktisi kesehatan tradisional maupun secara mandiri. “Ini menunjukkan potensi obat tradisional sebagai warisan budaya Indonesia,” tuturnya.
Menurut dia, salah satu tantangan dalam pemanfaatan obat tradisional yakni masih terbatasnya jumlah obat herbal terstandar dan fitofarmaka yang terintegrasi di Badan POM. “Begitu pula penelitian mengenai obat tradisional dan penerimaan praktisi di Fasilitas Layanan Kesehatan untuk memanfaatkan obat herbal terstandar,” tambahnya.
Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes Engko Sosialine Magdalene berharap acara simposium dapat menjadi forum komunikasi antara beragam stakeholders yang terlibat dalam dunia industri. Seperi akademisi, rumah sakit, pemerintah, pelaku usaha, dan pebisnis. (cr16/pra/er)