RADAR JOGJA – Manggis (mangosteen) atau biasa dikenal sebagai the queen of fruit ini banyak diminati pasar Eropa dan Tiongkok. Buah tropis eksotik ini kulitnya bisa diekstrasi dan menjadi bahan baku industri farmasai dan kosmetik.
Dilansir dari jawapos.com, Direktur Buah dan Florikultura Liferdi Lukman mengatakan, ekspor manggis via Pelabuhan Tanjung Priok dan Bandara Internasional Minangkabau sudah dilakukan. Itu melanjutkan rangkaian ekspor manggis sebelumnya.
”Pekan pertama September ini diberangkatkan 80 ton oleh PT Bumi Alam Sumatera melalui Pelabuhan Tanjung Priok dan sekitar 6,5 ton diberangkatkan dari Bandara Internasional Minangkabau oleh PT Buah Segar,” ujarnya.
Menurutnya, seiring peningkatan dan dinamika ekspor, Direktorat Jenderal Hortikultura akan membentuk kawasan manggis. Selama ini lahan buah cenderung spot-spot menyebar, hal itu menyebabkan kontinuitas dan volume pasokan tidak stabil.
Menurutnya, sudah saatnya pengembangan kawasan buah berorientasi ekspor termasuk manggis berkembang dengan pendekatan korporasi. ”Luas kawasannya harus memenuhi skala ekonomi, lengkap dengan kelembagaan usahatani dan perangkat hulu hilirnya,” ujar Liferdi.
Data BPS mencatat ada kenaikan nilai ekspor manggis sepanjang Januari-Juni 2019. Ekspor manggis mencapai USD 32,3 ribu atau naik 58,7 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya yang hanya USD 20,4 ribu. Volume ekspor manggis segar sepanjang 2018 sebanyak 38,8 ribu ton, melonjak 324 persen dibanding 2017 yang hanya 29,7 ribu ton.
Rata-rata ekspor manggis mencapai 3.200 ton setiap bulan. Manggis banyak diminati Hongkong, Tiongkok, Australia, Malaysia, Uni Emirat Arab, Saudi Arabia, Perancis, Belanda dan negara-negara di Timur Tengah serta Eropa lainnya. (jpc/ila)