RADAR JOGJA – Sampah masih menjadi masalah serius di wilayah Sleman. Yang memrihatinkan, banyak sampah rumah tangga dibuang sembarangan di Selokan Mataram. Pemandangan itu nampak jelas di sepanjang saluran irigasi itu yang saat ini kondisinya mengering. Yang paling mencolok ada di Maguwoharjo hingga Kecamatan Kalasan.

Para pembuang sampah ditengarai bukan warga sekitar. Melainkan warga luar daerah. Mereka sengaja membuangnya sembari melintas. Mereka biasanya melakukannya sambil berkendara sepeda motor.

Kondisi selokan yang dipenuhi sampah ini semakin terlihat saat selokan mengering. Sebab, biasanya sampah yang ada di selokan hanyut terbawa arus air.

Supriyono, 46, salah seorang warga Kalasan menjelaskan perilaku warga yang masih membuang sampah di selokan sudah berlangsung lama. Namun, sampah yang sampai di daerah Kalasan merupakan material yang hanyut dari hulu. “Kalau warga sini hampir tidak ada lagi yang membuang sampah di selokan,” ujarnya, Jumat (11/10).

Warga menurutnya sudah banyak yang memperingatkan. Ditambah spanduk larangan agar tidak ada yang membuang sampah di selokan juga sudah banyak yang terpasang. Namun, semua itu tidak dihiraukan. “Kalau tidak buang di selokan biasanya ditaruh di pinggiran selokan,” bebernya.

Banyaknya sampah di selokan turut membuatnya prihatin. Lantaran air yang mengalir di selokan juga digunakan para petani untuk mengaliri lahan persawahan. Dia khawatir jika sampah rumah tangga itu mengandung zat berbahaya dan pada akhirnya mencemari tanaman. “Masih banyak juga limbah rumah tangga seperti sabun yang dibuang langsung ke selokan,” terangnya.

Selain itu, saat musim hujan, aliran air turut membawa sampah. Tidak jarang sampah itu masuk ke dalam lahan pertanian. Oleh karenanya, dia meminta kepada instansi terkait agar bisa mengatasi permasalahan sampah yang sudah berlangsung sejak lama ini.

Kabid OP Balai Besar Wialayah Sungai Serayu Opak (BBWSS-SO) Sahril mengatakan pihak balai ada kegiatan untuk membersihkan selokan. Kegiatan itu sudah beberapa kali dilakukan.

Kendati sudah melakukan upaya untuk membersihkan selokan, diakuinya hal itu tidak bisa instan. Yang namanya saluran air itu kalau air mengalir pasti membawa material. Jadi tidak bisa dilakukan sekali langsung bersih,” ujar Sahril.

Sahril menduga, sampah itu disebabkan oleh perilaku masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran sepanjang selokan. Menurutnya masih ada masyarakat yang sengaja atau tidak sengaja membuang sampah ke dalam selokan. “Kalau terkait masalah ini, saya kira masyarakat juga harus peduli,” ujarnya.

Terkait keberadaan petugas pengawas di Selokan Mataram, Sahril menerangkan jika tugas utama dari petugas itu bukan untuk memungut sampah. Melainkan untuk merawat selokan agar tidak ada sedimentasi. Walaupun saat proses pengerukan juga dilakukan upaya untuk pengangkatan sampah. “Kami memang tidak menyiapkan, itu sambilan saja kalau pengerukan, sampah juga kami angkat,” terangnya.

Dari pantauan Radar Jogja, sampah yang dibuang ke selokan didominasi sampah rumah tangga. Plastik kemasan makanan, popok dan sampah basah yang paling banyak. Sampah-sampah itu dibungkus dalam kantong plastik dengan berbagai ukuran. Selain itu, ada juga sampah berupa bekas kemasan kopi dan minuman lainnya yang ditengarai dibuang oleh penjual angkringan di sekitar selokan. (har/din)