Ratusan warga Jogjakarta turut mangayubagya pelantikan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin. Bertempat di pelataran Titik Nol Kilometer sisi barat, beragam aksi pun berlangsung sejak siang hari. Mulai flashmob, tarian tradisional hingga pembacaan puisi. Bagaimana suasananya?
DWI AGUS, Jogja, Radar Jogja
Kegiatan yang diinisiasi Forum Warga Jogja Berbudaya ini melibatkan beragam elemen masyarakat. Bahkan terlihat pula tokoh masyarakat dan tokoh politik dalam kegiatan ini. Salah satunya anggota DPRD DIJ Yuni Satya Rahayu.
“Pelantikan ini merupakan perayaan semua warga negara Indonesia, bukan hanya yang di ibu kota. Intinya adalah perayaan seluruh warga masyarakat. Tidak ada lagi saya nomor 1, kamu nomor 2, yang ada sila 3 Persatuan Indonesia,” pesannya di sela-sela acara, Minggu (20/10).
Di satu sisi dia juga mendorong agar masyarakat turut memantau jalannya pemerintahan. Tujuannya agar seluruh arah kebijakan dan pembangunan memberikan dampak positif bagi bangsa dan negara. Termasuk peran-peran pemerintah daerah terhadap implementasi kebijakan pusat.
Menurutnya, arah kebijakan daerah harus sejalan dengan pemerintah pusat. Implementasi ini bisa terwujud dari beragam program pembangunan fisik dan nonfisik. Terutama dalam bidang ketimpangan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
“Sering kali kebijakan presiden belum sampai ke bawah. Harapannya di periode ini kebijakan di tingkat pusat bisa diimplementasikan oleh gubernur, wali kota maupun bupati. Visi misi harus linier, tentu sesuai potensi daerahnya. Tapi jangan jalan sendiri,” kritik Wakil Ketua Bidang Kehormatan DPD PDIP DIJ ini.
Dia berharap pekerjaan rumah lima tahun lalu bisa terampungkan di medio ini. Paling utama adalah pembangunan mental atau yang akrab dengan nama Revolusi Mental. Program ini menyasar seluruh elemen masyarakat termasuk unsur pemerintahan.
Langkah ini guna mengimbangi pembangunan infrastruktur. Menurutnya, tanpa revolusi mental seluruh pembangunan fisik akan menjadi percuma. Ini karena upaya atau pola pikir maju belum terimplementasi dengan baik. Itulah mengapa dia mendorong agar seluruh warga negara Indonesia menyukseskan revolusi mental.
“(Revolusi mental) Diawali dari diri sendiri. Lima tahun ini banyak sekali infrastruktur yang sudah dibangun. Agar pembangunan mental dalam lima tahun ke depan sesuai dengan harapan Pak Jokowi,” kata mantan Wakil Bupati Sleman ini.
Mangayubagya pelantikan benar-benar melibatkan masyarakat secara aktif. Terlihat dari susunan pengisi acara yang hadir. Seluruhnya merupakan inisiatif dari kelompok-kelompok di kota maupun kabupaten. Termasuk penyediaan logistik acara yang mengusung konsep keguyuban.
Aga Tonika, 45, terlihat antusias mengikuti rangkaian acara. Bahkan warga Gamping, Sleman, ini turut mencukur gundul rambutnya. Aksi ini sebagai wujud syukur atas lancarnya proses pelantikan presiden dan wakil presiden.
“Harapan untuk lima tahun ke depan benar-benar mewujudkan sila kelima Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Nah, kalau pekerjaan rumah masih seputar arah kebijakan, semoga ke depannya semakin menyentuh lapisan masyarakat bawah,” harapnya. (laz)