RADAR JOGJA – Purworejo memiliki pebalap motor kelas Asia. Dia adalah Fadillah Arbi Aditama. Tahun depan, dia berlaga di ajang Asia Talent Cup 2020.

Darah pebalap mengalir dalam diri Fadillah Arbi Aditama, 14. Darah itu berasal dari ayahnya, yakni Robby Kurniawan. Dulunya, sang ayah adalah pebalap yang pernah tampil di kelas nasional.

Arbi kini tercatat sebagai pelajar kelas VIII SMP Bruderan Purworejo. Sulung dari tiga bersaudara ini akan mewakili Indonesia dalam ajang Asia Talent Cup (ATC) 2020.

Arbi berhak tampil di ATC 2020 usai berhasil meraih prestasi gemilang dalam seleksi ATC yang diadakan di Sirkuit Sepang Malaysia pada Kamis (30/10). “Total yang mengikuti seleksi ada seratusan lebih. Dan yang diambil hanya 15 anak saja untuk kelas pemula. Sampai terakhir yang lolos 15 itu, ada empat 4 dari Indonesia dan saya ada di dalamnya,” kata Arbi saat ditemui di SMP Bruderan, Senin (4/11). Dia di dampingi ibunya Anggi Putri Anggraeni dan guru Bahasa Inggris Eka Sisti Suprobowati.

Di ajang ATC 2020, Arbi dijadwalkan mengikuti enam seri balapan yang digelar di sejumlah negara di Asia tahun depan. Dia akan berkompetisi dengan 15 pebalap lain. Termasuk pebalap dari Australia dan Qatar.

Seri balapan khusus pemula yang dikelola pabrikan sepeda motor Honda itu akan menjadi pembuktian bagi Arbi. Jika mampu berprestasi, dia bakal naik ke kelas lebih tinggi. Bahkan, tak tertutup kemungkinan tampil di ajang grand prix.

Arbi mengaku akan berusaha maksimal untuk terus eksis dan mengukir prestasi di arena balap motor. Dia bertekad mencapai ajang tertinggi dalam ajang balapan motor di dunia yakni Moto GP.

Lahir dari pasangan Roby Kurniawan-Anggi Putri Anggraeni, perjalanan Arbi sampai mengikuti seleksi ACT tak gampang. Terlebih, seleksi langsung ditangani Alberto Puig, manajernya Marc Marquez. Saat ini, Marc merupakan juara dunia Moto GP.

Seleksi itu benar-benar murni. Hanya pebalap yang memiliki bakat dan catatan waktu stabil yang lolos seleksi.

Remaja bertinggi 165 centimeter ini mengaku mengikuti balapan sejak duduk di kelas enam sekolah dasar. Umurnya 12 tahun. Kejuaraan pertama yang diikuti adalah kejuaraan daerah road race yang diadakan di Kebumen.

Dia mampu menorehkan banyak prestasi. Dia lantas bergabung dengan Astra Honda Racing (AHRS) School Region Jawa. Selama berada dalam naungan AHRS, dia mendapatkan banyak bekal terkait riding style, pengenalan motor, dan interview dengan media.

“Saya sempat mengikuti beberapa kegiatan yang digelar secara berbeda di Surabaya, Tasikmalaya, serta Subang,” imbuh siswa yang berulang tahun tiap 14 Juni ini.

Kemauannya menjadi pebalap profesional memikat pelatih di AHRS. Mereka memberikan kepercayaan untuk berangkat ke Sepang, Malaysia, mengikuti seleksi.

Arbi dan enam pebalap pemula lainnya dikirim AHRS ikut seleksi. “Ini kesempatan saya untuk bisa terjun di balapan profesional. Makanya, saya manfaatkan kesempatan itu sebaik-baiknya,” tuturnya.

Anggi Putri Anggraeni, sang ibu, mengaku melihat keinginan besar anaknya mengikuti jejak ayahnya sebagai pebalap. Namun, keinginan itu sempat kurang disetujui sang nenek mengingat risiko dari balapan.

“Memang sejak kecil, dari tiga anak saya, hanya Arbi yang meminati balapan. Sampai seluruh pebalap saat ada tayangan grand prix itu, dia paham,” kata Anggi.

Roby, lanjut Anggi, merupakan mantan pebalap. Sang suami yang kini menggeluti dunia mekanik kendaraan bermotor mengarahkan anaknya untuk bisa menapak level profesional. Meski, tetap mengikuti lomba di kelas-kelas road race.

“Di-road race itu bisa mengasah mental, karena head to head atau benturan dengan lawan, itu bisa meningkatkan mental,” katanya.

Menurut Anggi, selama mengikuti proses seleksi ATC tidak ada pungutan sama sekali. Arbi dan pebalap lainnya, lanjutnya, mendapatkan baju balap dan fasilitas motor.

“Dari keberhasilan ini, sekarang kita juga harus berlatih sendiri. Kami lebih banyak berlatih di Boyolali yang ada sirkuitnya. Tapi nanti menjelang seri perlombaan, setidaknya seminggu sebelumnya Arbi akan berlatih bersama timnya di Sentul,” tambahnya.

Dia berharap kemampuan Arbi meningkat dan mampu menjadi yang terbaik. Dengan demikian, keinginannya mengikuti jejak idolanya, yakni Marc Marquez, sebagai juara dunia Moto GP bisa terwujud.

Guru SMP Bruderan Eka Sisti Suprobowati mengungkapkan, sekolah memberikan dukungan terhadap kiprah Arbi di balap motor. Dia mengaku prestasi belajar Arbi baik dan peringkatnya juga baik.

Arbi memang tidak bisa mengikuti banyak materi pelajaran. Namun, Kepala Sekolah SMP Bruderan Petrus Sutanto memberikan kelonggaran. Guru diminta memberikan tugas khusus yang harus dikerjakan Arbi.

“Jadi, pelajarannya tetap bisa dikejar. Dia cepat menangkap apa yang menjadi materi yang harus dikuasainya. Mungkin itu juga bawaannya sebagai pebalap yang harus bisa cepat menguasai lapangan ya,” kata Eka. (udi/laz)