RADAR JOGJA – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) dan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gadjah Mada (UGM) akan menggelar Rhapsody of the Archipelago: Gamelan 4.0 (ROAR GAMA 4.0) pada 29 – 30 November 2019 di PKKH UGM dan Lapangan Grha Sabha Pramana UGM.

ROAR GAMA merupakan sebuah Pagelaran Kolosal Gamelan yang berkolaborasi dengan musik ‘zaman now’. Tak main-main Fisipol dan FIB UGM pun menggandeng Ishari Sahida (Ari Wulu) dan Sabrang Mowo Damar Panuluh (Noe Letto) sebagai mitra kreatif dalam pagelaran tersebut.

“Tujuannya jelas, kami ingin mengenalkan pada generasi milenials musik tradisional gamelan yang dikemas dengan konsep kekinian,” ujar Ketua Panitia Najib Asca dalam jumpa pers di Balairung UGM, Kamis (14/11).

Sosiolog UGM itu mengungkapkan, pihaknya akan menampilkan 200 lebih talent dari berbagai disiplin seni, ilmu, dan kecakapan. Perhelatan spesial tersebut diselenggarakan juga dalam rangka memperingati Lustrum ke-14 UGM dan Dies Fisipol UGM ke-64.

Ishari Sahida atau yang akrab disapa Ari Wulu mengatakan, untuk mewujudkan pagelaran ini ia dan pihak penyelenggara membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Terlebih untuk mematangkan konsep dan memilih siapa saja yang berkolaborasi agar event yang pertama kalinya digelar ini bisa menarik banyak masyarakat terutama para milenials.

Mengapa gamelan? Mengapa “4.0”? Gamelan ini dipilih sebagai pemangku beragam elemen seni yang ditampilkan dalam repertoar tersebut untuk menunjukkan ‘daya hidup’ gamelan dalam bergaul dengan berbagai anasir baru zaman kiwari.

“Gamelan bukan sekadar monumen mati yang hanya berbunyi saat ditabuh. Gamelan merupakan wujud hidup spirit harmoni yang hadir secara elegan di medan dinamika dan dialektika zaman,” ungkap penghulu Komunitas Gayam16 tersebut.

Ari lewat kreativitasnya telah menghidupkan gamelan di Jogjakarta, termasuk menggelar event tahunan berskala internasional, Yogyakarta Gamelan Festival (YGF).

Sementara Sabrang Mowo Damar Panuluh (Noe Letto) yang turut hadir dalam jumpa pers tersebut menyampaikan, ia dan band-nya Letto akan tampil dan berkolaborasi dengan musik gamelan.

“Letto sendiri sudah lama bereksperimen dengan komunitas Gayam16, bedanya acara kali ini diinisiasi oleh UGM, konsepnya unik apalagi melihat tujuannya memang untuk melahirkan buah-buah baru dari gamelan ini yang nantinya bisa dinikmati banyak orang dan kaum muda,” paparnya.

Secara keseluruhan, ada dua program utama yang menjadi rangkaian Rhapsody of the Archipelago: Gamelan 4.0 (ROAR GAMA 4.0) ini.

Pertama, Workshop/Showcase yang bertempat di PKKH UGM. Pada program ini, setiap hari pada 29 – 30 November 2019 pukul 13:00 – 17:00 WIB akan tampil 2 kelompok seni selama 30 menit.

Setelah itu selama satu jam mereka akan melakukan workshop kolaboratif dengan para penonton, yang hasilnya akan ditampilkan pada 30 menit terakhir.

Kedua, Konser Gamelan 4.0, yang bertempat di Lapangan Grha Sabha Pramana pada 30 November 2019 pukul 19.00 WIB hingga selesai (Open gate : 18.00 WIB). Konser Gamelan 4.0 ini merupakan sebuah pagelaran berdurasi 2,5 jam non-stop dalam satu paket repertoar.

Melalui repertoar yang dikemas utuh ini diharapkan dapat dipertunjukkan bagaimana gamelan mampu memangku dan meramu seluruh elemen seni, terutama musik dan tari.

Tak heran, persembahan ini bakal didukung lebih dari 100 pengrawit, 100 penari, dan puluhan personil musisi dengan musik corak kekinian.

Mereka yang akan tampil antara lain kelompok gamelan Canda Nada, Gayam16, dan Prawiratama Indonesia. Ada pula musisi kekinian seperti Letto, FSTVLST, Tashoora, Mantra Vutura dan OM New Pallapa bersama Brodin.

Juga terlibat sejumlah komposer yakni Sudaryanto, Welly Hendratmoko, M.Sn., dan Anon Suneko, M.Sn. Tak ketinggalan penampilan para penari dari Pulung Dance Studio, dengan koreografer Pulung Jati Rangga Murti, S.Sn.

“Kehadiran teknologi digital yang pesat dan disruptif saat ini tidak lantas membuat gamelan kehilangan relevansinya,” lanjut Sabrang

“Justru sebaliknya, membuka ruang baru bagi gamelan untuk bereksperimentasi dan membangun inovasi melalui kolaborasi tanpa batas,” tegasnya.

Pagelaran ROAR GAMA 4.0 ini direncanakan menjadi agenda tahunan di UGM. Selain menjadi ajang musikal nasional, acara ini diharapkan menempati posisi tersendiri dalam pergaulan musikal dan ajang kreatif di aras internasional.

“Ini bukan sekadar konser musik biasa. Ini merupakan Statemen Politik Kebudayaan Nusantara bahwa potensi kreatif berbasis lokal bisa memberi sumbangan berharga bagi peradaban musikal dan elan kreatif global,” jelas Dekan Fisipol UGM Prof. Erwan Agus Purwanto.

Dekan FIB UGM Dr. Wening Udasmoro, M.Hum, DEA menambahkanb, konser ini sekaligus merupakan ikhtiar Politik Kebudayaan untuk melawan trend merebaknya ekslusivisme, primordialisme dan intoleransi di sejumlah kalangan warga bangsa melalui Jalan Seni Budaya.

Selain melalui workshop dan konser musik, UGM juga berkomitmen untuk merawat dan mengembangkan tradisi dan budaya adiluhung bangsa melalui pemberian penghargaan kepada para tokoh yang telah berjasa besar bagi dunia gamelan.

Sebuah tim pakar lintas disiplin di bawah koordinasi Dr. Wening Udasmoro saat ini sedang menggodok kriteria dan sosok yang tepat untuk menerima penghargaan “Lifetime Achievement Award ROAR GAMA 4.0.” Penghargaan seni budaya tahunan tersebut direncanakan akan disampaikan pada pembukaan konser ROAR GAMA 4.0 pada 30 November 2019.

Tiket pertunjukkan Gamelan 4.0 ini terdiri atas: Festival Rp 50 ribu Silver Rp 500 ribu, dan Gold Rp 1 juta. Untuk pemesanan tiket tersebut dapat menghubungi tiket box yang beralamat di Sekretariat ROAR GAMA 4.0
Gedung Fisipol UGM Unit 2, Lantai 2 Sayap Utara, Jl. Prof. Dr. Sardjito, Sekip, Yogyakarta, Hotline: 0813-2869-7170 (Mala) Jam Layanan : 09.00 – 22.00 WIB. (ita)