RADAR JOGJA DIGITAL – Pasar Beringharjo masih mendominasi temuan ikan teri berformalin. Hampir seluruh uji sampling yang dilakukan oleh Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) pasar daerah mengarah pada pasar tersebut sebagai distributor. Di antaranya Pasar Argosari Gunungkidul, Pasar Piyungan Bantul, Pasar Bendungan Kulonprogo, Pasar Kranggan Kota Jogja dan Pasar Pakem Sleman. Hasil lima sampel yang uji dinyatakan positif formalin.

“Hasil uji sampling pasar daerah itu positif. Penjual ngakunya beli dari Pasar Beringharjo. Kami uji sampling juga di pasar (Beringharjo), faktanya memang positif. Investigasi tiga bulan bersama TPID provinsi,” jelas Kepala BBPOM Jogjakarta Rustyawati, Selasa (17/12).

Investigasi lanjutan menghasilkan tiga daerah distributor asal. Pertama adalah distributor dari Pekalongan, Solo Jawa Tengah dan kawasan Jawa Timur. Dari ketiga daerah tersebut, teri asal Pekalongan dinyatakan negatif formalin.

Dalam kasus ini BBPOM berhasil mengamankan empat penjual besar. Dari keempatnya turut disita 90 kilogram teri berformalin. Keempatnya sudah menjalani berita acara pemeriksaan.

“Ada pengepul atau empat sales dengan total 90 kilogram. Keempatnya sudah kami bina agar tidak mengambil teri berformalin. Mereka juga dengan sukarela memusnahkan (ikan teri berformalin) di kantor kami (BBPOM Jogjakarta,” tegasnya.

Rustyawati mengaku temuan teri berformalin ini bukan kali pertama. Dalam sampling dan uji sebelumnya kerap menyebutkan asal penyuplai dari pedagang Pasar Beringharjo. Selain teguran, jajarannya juga konsisten melakukan pembinaan.

“Kami bersama instansi plat merah di Jogjakarta tidak bisa intervensi langsung karena produsen besarnya bukan di Jogjakarta. Yang bikin susah untuk memutus jalur karena pemasoknya itu dari luar,” keluhnya.

Alhasil jajarannya hanya bisa mengimbau warga untuk membeli ikan teri yang kering. Jika kondisi lembab, ada dugaan menggunakan formalin.

Anjuran tersebut juga berlaku pada cumi-cumi. Biota laut bertentakel ini memiliki usia konsumsi pendek. Sehingga untuk konsumsi disarankan cumi-cumi segar. Jika kondisinya telah berminggu-minggu ada dugaan berformalin.

“Untuk teri memang susah karena baunya tidak ketara. Beda dengan tahu atau mie, baunya itu nyegrak. Nah untuk cumi juga selektif, biota ini mudah busuk, penjual kadang nakal kasih formalin biar awet. Jadi beli yang kondisi segar dari laut,” ujarnya. (dwi/tif)